RSS

Arsip Bulanan: Maret 2021

KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD

“Jika matahari sudah terbenam, aku gembira dengan datangnya malam dan manusia tidur karena inilah saat hanya ada اَللّهُ dan Aku.”

Sejarah tlh mencatat bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat sll melaksanakan shalat tahajud. Shalat tahajud adalah Shalat yang sangat mulia.
Keajaiban melaksanakan shalat tahajud telah tercatat dalam Alquran.
Ada 12 keajaiban shalat tahajud yang harus kita ketahui.

  1. TIKET MASUK SURGA.
    Abdullah Ibn Muslin berkata “kalimat yg pertama kali ku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat itu adalah,
    “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturahim, tegakan lah shalat malam saat manusia lainnya sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.”
    (HR.Ibnu Majah).
  2. AMAL YANG MENOLONG.
    Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sebelumnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam merekamemohon ampun kepada Allah).”
    (QS. Az Zariyat: 15-18).
    Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang senantiasa bertahajud Insya Allah akan mendapatkan balasan yang sangat nikmat di akhirat kelak.
  3. PEMBERSIH PENYAKIT HATI DAN JASMANI
    Salman Al Farisi berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.”
    (HR. Ahmad).
  4. CARA MERAIH KEMULIAAN.
    Rasulullah SAW bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata,
    “Wahai Muhammad, hidup lah sesukamu, karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang muslim adalah shalat waktu malam dan ketidakbutuhannya di muliakan orang lain.”
    (HR. Al Baihaqi).
  5. JALAN MENDAPATKAN RAHMAT ALLAAH.
    Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.”
    (HR. Abu Daud).
  6. SARANA PENGABULAN PERMOHONAN.
    Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang menunaikan shalat tahajud dengan ikhlas. Rasulullah Saw Bersabda,
    “Dari Jabir berkata, bahwa nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di malam hari , ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.”
    (HR. Muslim).
  7. PENGHAPUS DOSA DAN KESALAHAN.
    Dari Abu Umamah al-Bahili berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
    “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.”
    (HR. At-Tirmidzi).
  8. JALAN MENDAPAT TEMPAT YANG TERPUJI.
    Allah berfirman,“Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
    (QS. Al-Isra’:79)
  9. PELEPAS IKATAN SETAN.
    Diriwayatkan dr Abu Hurai rah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang itu bangkit seraya menyebut nama اَللّهُ mk terlepaslah ika tan pertama, apabila ia ber mk akan terbuka lah ikatan ke dua, apabila ia sholat a kan terbukalah ika tan semuanya Dia jg akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa,jika tdk mk dia akan malas dan kekusu tan jiwa.
  10. WAKTU UTAMA UNTUK BERDOA.
    Amru Ibn ‘Abasah berkata Aku bertanya kpd Rosulul lah Sholallahu ‘Alaihi Wa sallam “Ya Rasulullah! Mlm apakah yg paling di dengar Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam menjwb tengah mlm terakhir, mk sholat lah sebanyak yg engkau ingin kan, sesungguh nya sholat waktu tersebut ; maktubah masyudah (waktu yg apabila ber munajat mk اَللّهُ me nyaksikannya dan apabila berdoa mk didengar . HR. Abu Daud).
  11. MERAIH KESEHATAN JASMANI.
    “Hendaklah kalian bgn mlm Sbb hal itu merupakan ke biasaan org” sholeh sblm kali an.Wahana pendekatan diri pd اَللّهُ Subhanahu Wa Ta’ala penghapus dosa,dan pengu sir penyakit dr dlm tubuh .” HR. At-Tarmidzi).
  12. PENJAGA KESEHATAN ROHANI.
    اَللّهُ Subhanahu WaTa’ala
    menegaskan bahwa orang yang shalat tahajud akan selalulah mempunyai sifat rendah hati dan ramah.
    Ketenangan yang merupakan refleksi ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan sehari hari dimasyarakat.
    Allah Subhanahu WaTa’ala Berfirman,
    “Dan hamba اَللّهُ Yang Maha Penyayang itu orang orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang orang jahil menyapa mereka , mengucapkan kata kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk اَللّهُ mereka.”
    (QS. Al-Furqan: 63-64).

Firman Allah :
“BERSEGERALAH kamu menuju AMPUNAN dari Tuhanmu dan menuju SURGA…”
(QS. Ali Imran : 133) .

Firman Allah :
“Maka BERLARILAH kembali ta’at kepada ALLAH.”
(QS. Adz-Dzaariyat : 50) .

Allahu ‘Alamu bis-Shawaab
Moga Bermanfaat
Wassalaam
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Masoed Abidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Buya Masoed Abidin Za Jabbar

 
 

Tag: , ,

MEMBINA RUMAH TANGGA SAKINAH DAN MAWADDAH

MEMBINA RUMAH TANGGA DAN MEMELIHARA NILAI-NILAI PERNIKAHAN SESUAI BIMGAN AGAMA ISLAM

Oleh : H. Mas’oed Abidn
الحَمْدُ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ تَعَالىَ مِنْ سُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مَنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، أَدَّى الأَمَانَةَ، وَ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَ نَصَحَ لِلأُمَّةِ، وَ جَاهَدَ فيِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّد، وَ عَلىَ آله وَصَحْبهِ. أَمَّا بَعْدُ.

Pernikahan Warisan Indah Sunnah Rasulullah

Sabda Rasulullah SAW, “an- nikahu sunnati, man raghiba ‘an sunnati falaisa minni”, artinya “nikah itu sunnahku, dan yang tidak mau mengikuti sunnahku, tidaklah termasuk umatku” (al Hadist). Dengan menikah, dua orang yang sebelumnya masih asing, mengikat diri dalam satu aqad atau perjanjuan nikah dan ijab-kabul dihadapan wali, saksi dan qadhi (penghulu), untuk saling perhatian, kasih sayang, kepedulian, simpati, ketulusan, dan cinta (mahabbah).

Kriteria Memilih Isteri

a. Beragama Islam dan shalehah (QS. Al-Nisâ’/4: 34)
Rasul Allâh SAW bersabda, “Perempuan dinikahi karena empat faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat beragama, engkau pasti bahagia.” (HR. Bukhâriy dan Muslim).

b. Berasal dari keturunan yang baik-baik
Rasul Allâh SAW bersabda, “Jauhilah oleh kamu sicantik yang beracun!, lalu sahabat bertanya: “Wahai Rasul Allâh, siapakah perempuan yang beracun itu? jawab Rasul Allâh,”Perempuan yang cantik tapi berada dalam lingkungan yang jahat.” (HR. Dâr al-Quthniy).

c. Masih perawan
Diriwayatkan dari Jabir,

84
Rasul Allâh SAW bersabda, “Sesungguhnya Rasul Allâh telah berkata kepadanya, kata Beliau: “Hai Jabir, apakah engkau kawin dengan perawan atau dengan janda?” Jawab Jabir: “Saya kawin dengan janda”. Kata beliau: “Alangkah baiknya jika engkau kawin dengan perawan. Engkau dapat menjadi hiburan baginya dan diapun menjadi hiburan bagimu.” (HR. Jama’ah).

d. Carilah perempuan yang Sehat atau tidak Mandul
Rasul Allâh SAW bersabda, “Dari Mu’qil bin Yasar, katanya telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW. Kata laki-laki itu, “Saya telah mendapat seorang perempuan yang bangsawan dan cantik tapi hanya dia tidak beranak (mandul). Baikkah saya kawin dengan dia ?”. Jawab Nabi SAW, “Jangan”, kemudian laki-laki itu datang untuk kedua kalinya dan Nabi tetap melarangnya. Kemudian pada kali ketiga laki-laki itu datang lagi. Nabi bersabda: “Kawinlah dengan yang dikasihi dan berkembang menghasilkan keturunan (subur)”. (HR. Abu Dâud dan Al-Nasâ’i).

Beraklak mulia, sopan santun, bertutur kata baik.
Kriteria Memilih Laki-Laki Calon Suami

Laki-laki yang beragama Islam dan shaleh (QS. Al-Nûr/24: 3 dan 26).
Mempunyai kemampuan membiayai kehidupan Rumah Tangga (sesuai dengan hadits Mutafaqq `alaihi – “yâ ma`syar al-syabâb”).
Cerdas dan Sehat (layak untuk berumah tangga, baik jasmani dan rohani). dan
Cakap Hukum (Baligh).
Berakhlak mulia, sopan santun, bertutur kata baik dan pandai bergaul di tengah keluarga.
keluarga sakinah Sesudah Nikah
Setelah akad nikah dilaksanakan, suami isteri mempunyai hak dan kewajiban, untuk mencapai tujuan perkawinan, membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam aturan syari’at Islam, yang disebutkan dengan “Rumahku adalah syorgaku”.

Ada berapa resep untuk mewujudkan keluarga sakinah dan bahagia.[1] Di antaranya :

1. Saling Mengerti antara Suami-isteri
Seorang suami atau isteri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing. Karena pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah sebagai dasar untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau isteri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu pula isteri. Seorang suami atau isteri hendaklah mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a) Perjalanan hidup masing-masing,

b) Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami isteri berbeda suku dan atau daerah),

c) Kebiasaan masing-masing,

d) Selera, kesukaan atau hobi,

e) Pendidikan,

f) Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun dari orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, teman ataupun saudaranya, dan yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan syari`at.

2. Saling Menerima
Suami isteri harus saling menerima satu sama lain. Suami isteri itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si isteri suka warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka akan terlihat keindahannya.

3. Saling Menghargai
Seorang suami atau isteri hendaklah saling menghargai:

Perkataan dan perasaan masing-masing
Bakat dan keinginan masing-masing
Menghargai keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-isteri.
4. Saling Memercayai
Jika suami isteri saling mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allâh.

5. Saling Mencintai
Suami isteri saling mencintai akan memunculkan beberapa hal seperti, lemah lembut dalam bicara, selalu menunjukkan perhatian, bijaksana dalam pergaulan, tidak mudah tersinggung, dan perasaan (batin) masing-masing akan selalu tenteram

Suami atau isteri harus selalu merawat dan memupuk lima saling di atas untuk mencapai keluarga bahagia dan kekal beradasarkan Syari’at Islam. Tidak ada kata lebih indah, tentang hubungan suami-isteri, selengkap Firman Allah,

“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah/2: 187).

Rasa damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling mencintai. Maka rumah tangga muslim punya ciri khusus, yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh hiasan ibadah.

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.ar-Rum : 21).

Ayat ini memakai dua kosa kata secara berurutan, yakni mawaddah, dan rahmah. Kedua-duanya berarti cinta, kasih dan sayang. Mawaddah artinya cinta dan ghairah ketika masih usia awal dan saling ketertarikan antara keduanya. Rahmah adalah cinta, kasih sayang, kepedulian karena pengalaman dalam perjalanan waktu dalam wadah ketenteraman (sakinah).

Cinta kasih yang tulus, dapat wujud jika memiliki rasa thaat dan kesadaran mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Surat an-Nisa’ ayat 1 sudah cukup sebagai pegangan.

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Dorongan Segera Menikah

Menikah itu separoh dari agama, sebagaimana sabda Rasul Allâh SAW,

اِذَا تَزَوَّجَ اْلعَبْدُ فَقَدِاْستَعْمَلَ نِصْفُ اْلدِّيْنُ فَاْليَتَّقِ اللهَ فِي اْلنِّصْفِ الْبَاقِي . رَوَاهُ البَيْهَقِى.

“Apabila telah nikah seseorang, maka ia benar-benar telah menyempurnakan seruan agama. Maka hendaklah ia takut kepada Allâh pada separoh yang tinggal” (HR. Baihaqiy).

Pernikahan adalah ibadah yang sakral. Mempunyai risiko hukum. Bimbingan agama menyebutkan, “Empat hal yang dibolehkan jika keempat hal itu diucapkan, yaitu : “Thalaq, Memerdekakan (hamba sahaya), Nikah dan Nadzar.” Maka, “Tidak ada gurauan dalam keempat hal itu.”, demikian Ali bin Abi Thalib RA dalam riwayat Umar RA.

Hal yang terpenting dalam kehidupan di dunia ini adalah kebahagiaan, melalui “proses penyempurnaan” ke arah pencapaiannya. Di akhirat tidak lagi penyempurnaan, seperti yang dialami di dunia ini. Maka, “Dunia tempat beramal, dan akhirat adalah tempat menerima ganjarannya”.

Kehidupan di dunia menjadi indah dan bahagia karena dihiasi empat hal. sesuai hadits Rasulullah SAW,

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الْصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْحَنِيْءُ .وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْجَارُ الْسُوءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَرْكَبُ الْسُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيَّقُ.

(رَوَاهُ أَحْمَدٌ وَ إِبْنُ حِبَّانٌ).

“Empat hal yang merupakan kebahagiaan, yaitu: perempuan shalehah, rumah yang luas, tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman. Empat hal yang merupakan penderitaan, yaitu: tetangga yang jahat, isteri yang jahat, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Hadist ini menjelaskan bahwa perempuan yang shalehah itu adalah perempuan yang patuh pada ajaran agama, setia pada suaminya, pandai menjaga hati suaminya, pandai menjaga kehormatan dan martabat serta keluarganya. Kebahagiaan akan sirna ketika yang menjadi tetangga adalah orang jahat, dan hidup didampingi isteri yang tidak setia.

Pernikahan menjamin keseimbangan dalam kehidupan, dengan adaya pasangan suami-isteri.

Memilih calon isteri atau suami, tidak mesti dari keluarga terdekat. Umar bin Khaththab RA. menganjurkan, “Aghribu wa lâ tadhawwu” (carilah yang jauh/asing dan jangan kamu menjadi lemah).

Pernikahan akan merekat tali persaudaraan semakin luas. Menunda pernikahan akan mengundang bahaya, sebagai dipaparkan Rasul Allâh SAW,

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ (رَوَاهُ التُّرْ مُذِىوَإِبْنُ حِبَّانٌ فِى صَحِيْحِهِ)
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam neraka adalah mulut dan kemaluannya.” (HR. Al-Tirmidziy dan dia berkata hadits ini shahih).

Sabda Rasul Allâh SAW mengingatkan, “Ada tiga faktor yang membinasakan manusia yaitu mengikuti hawa nafsu, kikir yang melampaui batas dan mengagumi diri sendiri (‘ujub).” (HR. al-Tirmidziy).

Allâh SWT amat meridhai pernikahan, dan menjanjikan mudah jalan untuk melaksanakannya,

تزويج العسر, لقوله تعالى: … إِنْ يَّكُونُوْا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ والله وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.

“Kesulitan dalam pelaksanaan nikah, sebagaimana firman Allâh: Yakinlah, jika kamu miskin Allâh akan memampukan kamu dengan karunia (rezki-Nya), dan Allâh Maha luas (pemberian-Nya).” (HR. Buchariy).

Kandungan hadits Bukhâriy, Jilid 3, Juz 7, halaman 8 ini[2] mendorong segera menikah karena Pernikahan akan memelihara kehormatan diri.

Nabi Muhammad SAW (570-632 H)[3], mendorong muda-mudi yang telah mampu, untuk melangsungkan pernikahan.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ لَنَارَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَائَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. (رَوَاهُ مُتَفَقٌّ عَلَيْهِ)[4]

“Rasul Allâh SAW bersabda : “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kamu sudah mampu (lahir dan bathin) untuk berkeluarga, maka kawinlah. Sesungguhnya hal yang demikian lebih memelihara pandangan mata, memelihara kehormatan, dan siapa yang belum mampu untuk berkeluarga, dianjurkan baginya untuk berpuasa, karena hal itu akan menjadi pelindung dari segala perbuatan memperturutkan syahwat.” (HR. Mutafaqq `alaihi).[5]

Suami Isteri Seirama Membina Keluarga

Suami dalam bahasa Alquran disebut zauj, berasal dari kata izdiwaj artinya: isytibah wat tawazun (serupa dan seirama). Suami-isteri atau zaujan, berarti dua orang yang serupa dan seirama, tidak bertolak belakang secara hukum syar’i ataupun secara ukuran manusiawi biasa. Di dalam tatanan adat Minangkabau seorang suami adalah “Yang akan dibawa menjadi kawan seiring, tegak akan dibawa beriya, duduk akan dibawa berunding”, tugas semenda di Minangkabau. Tidak dapat serasi, seirama, cinta sejati dan kasih-sayang, dua insan yang bertolak belakang perangainya. “ wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS.24, an-Nur: 26).

Ayat ini memberi tahu kita agar menjauhi fitnah. Rumah Tangga Sakinah itu sarat dengan nilai-nilai religius, saling amanah (memercayai), dan tidak melupakan perintah Allâh. Dalam kehidupan ini, perlu ada keyakinan bahwa hanya Allâh satu-satunya pembimbing keluarga. Rasa bahagia akan tercipta dengan kuatnya rasa saling pengertian antara kedua keluarga di dalam mencapai tujuan pernikahan.

Jauhilah Bahaya Zina

Yang dimaksud perempuan zina ialah perempuan-perempuan nakal yang pekerjaannya berzina (pelacur). Dan laki-laki pezina adalah kelompok pelaku dan pendukung zina.

Di akhir zaman, manusia mulai mengaggap enteng soal zina bahkan cenderung menghalalkan Zina atau mentolerir perbuatan zina sebagaimana peringatan Rasul Allâh SAW,

لَيَكُوْنَنَّ فِى أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْر َوَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِف َ

“Pasti akan ada dari umatku suatu kaum yang (berusaha) menghalalkan zina, sutra, khamar (segala yang dapat merusak akal), dan alat-alat musik !” (HR. Al-Bukhâriy).[6]

Hadist Rasul Allâh SAW ini mengingatkan umat Islam membatasi diri dengan lain jenis, agar terjauh dari pornoaksi.

لاَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ)

“Janganlah sekali-kali (di antara kalian) berduaan dengan perempuan, kecuali dengan mahramnya.” (HR. Al-Bukhâriy dan Muslim).

Hadist Nabi SAW ini menjadi panduan agar tidak terjadi pelanggaran hukum, menjauhi yang haram, perlindungan hak-hak, menegakkan sendi kehidupan peribadi muslim, dan terpelihara hubungan dengan Sang Khaliq (hablun minallah), serta memberikan batasan syari`at (ketentuan agama Islam).

Hidup membujang membuka peluang berbuat serong, menimbulkan fitnah, dan mudah jatuh kelobang zina. Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak tahu ada dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa daripada zina”.

Dalam riwayat (asbabun Nuzul) diceriterakan seorang minta izin kepada Nabi untuk kawin dengan pelacur yang perhubungannya telah dimulai sejak masa jahiliah, namanya: Anaq. Nabi tidak menjawabnya sehingga turunlah ayat yang berbunyi:

“ laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.“[7] (QS. 24, an-Nur: 3)

Rasul SAW membacakan ayat ini dan berkata: “Jangan kamu kawin dengan dia.” (HR. Abu Daud, Nasa’i dan Tarmizi).

Allah SWT mengizinkan lelaki mukmin kawin dengan perempuan mu’minah yang muhshanah atau yang bersih dan terpelihara. Dan perempuan mukminah dengan lelaki muhshan, terlarang dengan seorang lelaki pezina.

“ dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki [8] (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian[9] (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu[10]. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. 4, an-Nisa’ : 24).

Barangsiapa tidak mau menepati ketetapan Allah SWT berdasarkan wahyu Alquran (QS.24, An Nur : 3), maka dia musyrik, dan tidak boleh dikawini kecuali oleh musyrik juga.

“ perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”. (QS.24, an-Nur: 2)

Ketetapan Allah ini agar manusia tetap terjaga kebersihan jiwa dan badannya, supaya tidak terjatuh ke lembah zina. Pelaku zina mendapat hukuman fisik, yakni “dera”.

Dera ini adalah hukuman jasmani Larangan mengawininya adalah hukuman moral. Haram mengawini pelacur adalah memurnikan kehormatan dan menjaga sucinya garis turunan, selaras dengan fitrah manusia dan sesuai dengan akal yang sehat. Fitrah manusia menganggap jijik perbuatan pelacuran.

Keutamaan syariat Islam, mengharamkan kawin dengan pelacur sampai dia taubat dan mengosongkan rahimnya, paling sedikit haidh satu kali. Zina dalam Islam termasuk satu dosa besar yang harus dijauhi oleh semua individu yang mengklaim dirinya muslim. Alquran, Surah Al Isra ayat 32, secara eksplisit menyatakan,

“ dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan (menuju banyak) kejahatan yang buruk lainnya.”

Berapa tafsir Alquran menyebut larangan keras atas perbuatan zina karena beberapa faktor.

Pertama, zina tidak hanya perilaku yang sangat memalukan, tapi ia juga tidak konsisten dengan self-respect atau respek pada manusia lain.

Kedua, zina membuka jalan pada banyak perbuatan jahat yang lain.

Ketiga, zina menghancurkan fondasi dasar keluarga.

Keempat, zina dapat menyebabkan penyakit, pembunuhan, permusuhan dan hilangnya reputasi dan harta benda pelakunya.[11]

Kelima, zina secara permanen melepaskan ikatan hubungan keluarga dan masyarakat.

Keenam, apabila terjadi hamil, maka hal itu bertentangan dengan maslahat anak yang lahir atau yang akan lahir dari hubungan zina itu. Maknanya agama Islam memerintah perlunya kesucian diri, baik lelaki dan wanita, di segala waktu – sebelum menikah atau selama berumah tangga.

Apabila setiap individu muslim bertekad untuk menjalani setiap larangan besar dalam Islam, seperti larangan berzina, maka umat Islam akan menjadi pelopor penanggulangan penyakit HIV/AIDS di seluruh dunia. Itulah salah satu makna implisit keagungan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Perzinaan tidak akan berkembang bila kesopanan dijaga dengan baik, serta takut kepada iqab Allah.

Kesopanan lelaki dan perempuan di masa berinteraksi diperintah mengawal pandangan dan menjaga faraj mereka. Kaum perempuan memiliki kemuliaan khas dengan intensif menjaga auratnya.

“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS.24, an Nur : 31)

Diminta kepada kaum perempuan tidak menampakkan perhiasan atau aurat mereka kecuali kepada orang-orang yang rapat atau muhrim.

Kata perhiasan bermakna barang yang kemas dan terjaga dengan baik.

Perhiasan perempuan adalah bahagian anggota tubuh yang amat menarik (seperti yang ada di dada) supaya ditutup dengan sempurna.

Maka, pakaian perempuan harus menutup bahagian dada mereka, atau dada ditutup sehelai kain lain yang disebut khumur.

Nasehat Pernikahan

Mengucapkan Ijab Kabul artinya ikrar timbang terima tanggung jawab dari ayah bunda isteri kepada seorang lelaki yang akan menjadi suami atau yang akan menjadi menantu-nya.

Dalam istilah di Minangkabau di sebut bahwa menantu itu “.. nan ka di-bao jadi kawan sa-iriang, tagak ka di-bao ba-iyo, duduak ka di-bao ba-rundiang = yang akan di bawa jadi kawan seiring, tegak di bawa beriya bertidak, duduk untuk teman berunding.”

Sasaran pernikahan adalah mendapatkan kedamaian, kenyamanan dan ketenangan.

Ketika manusia dalam keadaan lemah atau miskin sekalipun tidak terhalang baginya untuk melangsungkan pernikahan, karena Allâh SWT telah menjamin rizkinya.

“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian – yakni, hendaklah laki-laki yang belum kawin atau perempuan- perempuan yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin –, di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Nûr/24: 32).

Sabda Nabi Muhammad SAW, menyebutkan, “Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain.” (Hadits Qudsi).[12]

Agama Islam sangat mengecam pola hidup membujang (celibat) atau hidup tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Agama Islam melarang celibat tersebut terjadi dalam kondisi ia mampu untuk nikah, kecuali ada alasan biologis, seperti impoten[13].

I. Peran Suami Isteri
Allah SWT perintahkan setiap suami, wa ‘a-syiruu-hunna bil ma’ruf, artinya pergaulilah isterimu dengan dengan ma’ruf, lemah lembut, yang di ikrarkan dalam sighat thalaq ta’lik. Tanggung-jawab suami menurut Alquran sangat berat. الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ Lelaki adalah pemimpin bagi kaum perempuan … (QS. an-Nisa’:34), dan “menggauli isterinya dengan baik” (QS.an-Nisa’:19).

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata, dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS.4, An-Nisa’ : 19).

Hak-hak hidup lelaki dan perempuan tidak ada berbeda,

“ … dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”

Lelaki berkewajiban melindungi perempuan. Di sini tugas dan kehormatan laki-laki yang diberikan Allah SWT.

Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.al-Baqarah:228).

Betapa bijaksana Allah, memberikan tanggung jawab kepada lelaki memikul tugas menyeluruh membina rumah tangga. Ketahuilah bahwa suami adalah pemimpin di tengah rumah tangganya.

Rumah tangga wajib di bina. Masyarakat keliling mesti di tenggang. Keduanya wajib di jaga. Mancari kato mufakaik, ma-nukuak mano nan kurang, Mam-bilai mano nan senteng, ma-uleh sado nan singkek, Man-jinaki mano nan lia, ma-rapekkan mano nan ranggang, Ma-nyalasai mano nan kusuik, Ma-nyisik mano nan kurang, Ma-lantai mano nan lapuak, mam-baharui mano nan usang.

Betapa agung Allah, yang mewajibkan suami musyawarah dengan isteri, serta menggauli isteri lemah lembut setiap waktu.

مَا كَانَ الرِّفْقُ فيِ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ ]رواه الضياء عن أنس[

Lemah lembut dalam sesuatu (urusan) menyebabkan indahnya sesuatu dan jika lemah lembut itu telah dicabut dari sesuatu, niscaya yang akan tersisa adalah keburukan. (Diriwayatkan oleh Dhia dari Anas).

Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik kamu adalah yang paling baik pada keluarganya.” Nilai martabat terletak pada akhlak.

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنِ إِيْمَانا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًاَ ]رواه الطبراني و أبو نعيم[

“Sebaik-baik mukmin seseorang adalah yang paling sempurna akhlaknya”. (HR. Thabarany dan Abu Nu’aim).

Kewajiban suami, menjadi pelindung terhadap perempuan. Umar bin Khattab RA, menceritakan tentang bakti isterinya.

“Isteriku, benteng bagiku dari api neraka. Isteriku, orang yang paling setia mendampingiku di saat senang dan susah. Isteriku yang membantu, menjaga, memelihara rumah dan hartaku. Isteriku adalah ibu dari anak-anakku. Saya tahu betul, betapa berat tugas ibu, mengandung, melahirkan, menyusukan, dan menjaga anak-anak. Selain itu, isteriku tanpa mengenal lelah, setiap hari mencuci pakaianku, dan memasakkan makanan untukku, dan anak-anakku. Karena itu, aku selalu memaafkannya. Mungkin banyak hak-haknya yang belum sempat aku penuhi.” Kiat Umar ini mesti ditiru.

Kebahagiaan rumah tangga bisa di perdapat dengan saling pengertian dan musyawarah. Hindari sifat menang sendiri dan memaksakan kehendak. Bina rumah tangga dengan kasih sayang. Hindari sifat tertutup dan saling curiga. Hadapi masalah bersama. Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek pa uleh kan, mako sampai nan di cito.

Kaedah hidup di Ranah Minang mengadatkan, ”Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i janji, Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja.” Suami dituntut berpendir­ian teguh, lembut hati, penyabar, dan melaksanakan suruhan Allah.

إِنَّ مِنْ أَخْلاَقِ المُؤْمِنِ قُوَّةً فيِ دِيْنٍ وَ حَزْمًا فيِ لِيْنٍ وَ إِيْمَانًا فيِ يَقِيْنٍ وَ حِرْصًا فيِ عِلْمٍ وَ شَفَقَةً فيِ مِقَةٍ وَ حِلْمًا فيِ عِلْمٍ وَ قَصْدًا فيِ غِنًى وَ تَجَمُّلاً فيِ فَاقَةٍ وَ تَحَرُّجًا عَنْ طَمَعٍ وَ كَسْبًا فيِ حَلاَلٍ وَ بِرًّا فيِ اسْتِقَامَةٍ وَ نَشَاطًا فيِ هُدًى وَ نَهْيًا عَنْ شَهْوَةٍ وَ رَحْمَةً لِلْمَجْهُوْدِ.

Sesungguhnya, termasuk budi pekerti orang beriman ialah, kuat memegang agama, tegas bersikap, ramah lembut, beriman dengan keyakinan, merebut ilmu pengetahuan, membantu dengan kasih sayang, ramahtamah dalam berilmu, sederhana di waktu kaya, mampu bersahaja dikala miskin, memelihara diri dari tamak, berusaha di jalan yang halal, selalu berbuat baik, rajin menjalankan pimpinan yang benar, membatasi diri dari keinginan nafsu dan kasih sayang terhadap orang yang berkekurangan. Inilah profil suami ideal itu.

Suami yang berakhlak mulia akan mampu membentuk rumah tangga ideal (baiti jannati)

أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ المَرْءِ: أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً، وَ أَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا، وَ خُلَطَاؤُهُ صَالِحِيْنَ، وَ أَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِي بَلَدِهِ

Empat kebahagiaan dalam hidup manusia: isterinya perempuan yang saleh, anak-anaknya orang baik-baik, teman sepergaulannya orang-orang yang saleh, dan rezekinya diperoleh di negerinya. (Diriwayatkan oleh Dailami dari ‘Ali).

II.Posisi Isteri dan Peran Kaum Perempuan

Islam sangat menghormati kedudukan perempuan, “Sorga ditelapak kaki Ibu“, artinya bahwa “Keridhaan Allâh terletak pada keridhaan kedua orang tua (ayah dan ibu). Agama Islam dengan hadist Nabi Muhammad SAW telah meletakkan penghormatan kepada posisi kaum perempuan (ibu) dengan tiga banding satu dengan kaum lelaki (ayah). Selain itu, « perempuan adalah tiang negeri, rusak perempuan maka rusaklah negeri ». Perempuan adalah ibu yang mendidik pertama dari generasi yang dilahirkannya.

Agama Islam telah mengembalikan fitrah kaum perempuan dari rongrongan kebiasaan jahiliyah yang telah mengingkari kesucian kaum perempuan, dan menganggap kedudukan perempuan sangat rendah. Kaum perempuan dapat menghidupkan suasana hidup yang indah dan bahagia, bila dibimbing oleh nilai-nilai ajaran agama yang luhur (Dinul Islam).

Di era globalisasi ini karena dorongan paham kebebasan (liberalisme), kebendaan (materialisme) dan mengutamakan kepentingan sendiri (individualisme), tanpa disadari kaum perempuan kembali menjadi obyek pemuasan nafsu rendah. Kaum perempuan jadi mangsa porno aksi dan pornografi. Kaum perempuan dianggap pemuas nafsu dan kreativitas seni semata. Di samping kaum perempuan tidak pula menjaga harkatnya dengan kukuh ketika berhadapan kenikmatan sensual dan erotik yang amat merusak moral.

Kaum perempuan semestinya tidak berpaling dari kodrat sebagai perempuan, yang mempunyai kelebihan dan memiliki keterbatasan-keterbatasan, sesuai kehendak Maha Pencipta. Kaum perempuan wajib mempersiapkan diri jadi isteri shalehah, sesuai sabda Rasul Allâh SAW,

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ ثَلاَثٌ الطَّيِّبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِى فِي الصَّلاَةِ.

“Ada tiga hal yang sangat aku senangi di dunia ini, yaitu: Wangi-wangian, Isteri shalehah, dan ketenangan saat shalat.”(Imam Nawawi, 2005, hal. 75).

Kaum perempuan yang menjadi isteri shalehah dan amanah dalam kekayaannya, pasti mendapatkan dua pahala, satu pahala ibadah dan satu pahala sedekah, karena harta isteri adalah hak isteri.[14] Umar bin al-Khatthab RA, berkata,

لَوْلاَ اْدِّعَاءُ الْغَيْبِ لَشَهِدْتُ عَلَى خَمْسِ نَفَرٍ أَنَّهُمْ اَهْلُ الْجَنَّةِ الْفَقِيْرُ صَاحِبُ اْلعِيَالِ وَالْمَرْئَةُ الرَّاضِى عَنْهَازَوْجُهَاوَالْمُتَصَدِّقَةُ بِمَهْرِهَاعَلَىزَوْجِهَا وَالْرَّاضِى عَنْهُ اَبَوَاهُ وَالْتَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ.

“Sekiranya tidak takut dituduh mengetahui yang ghaib, tentulah aku mau bersaksi bahwa kelima golongan manusia ini adalah termasuk ahli surga, yaitu: a. Orang fakir yang menanggung nafkah keluarganya; b. perempuan yang suaminya ridha kepadanya; Isteri yang menshadaqahkan mahar/maskawinnya kepada suaminya; Anak yang kedua orang tuanya ridha kepada dirinya; dan Orang yang bertobat dari kesalahannya.”

Agama Islam mengajar umatnya, untuk selalu bersikap ridha dan syukur atas apa yang telah ditakdirkan oleh Allâh. Sikap ini dapat merasakan indahnya kehidupan berkeluarga, dengan menjadikan “rumahku adalah surgaku”, dengan saling membutuhkan, saling memberi kemudahan, saling menjaga keutuhan rumah tangga, sebagai kekuatan dalam berbagai persoalan hidup, sesuai perkembangan zaman.

Wahyu Alquran menempatkan perempuan dengan hak dan kewajiban seimbang. Perempuan, sumber sakinah (bahagia) dengan merajut kasih dan rahmah. Tenteram, dengan mawaddah kasih sayang. Citra perempuan Minangkabau sangat sempurna diperankan pada posisi sentral IBU = Ikutan Bagi Ummat. Ibu adalah inti keluarga. Perempuan adalah “tiang negeri” (al Hadist). Kaum perempuan wajib menjaga marwah (muruah) dengan menjaga “aurat”, sebagai ujud ciri-ciri feminim.

Sifat feminim yang merupakan sumber kasih sayang, kelembutan, keindahan, dan sumber cahaya Ilahi, mempunyai potensi untuk menyerap dan mengubah kekuatan kasar menjadi sensitivitas, mengubah rasionalitas menjadi intuisi, dan mendorong seksualitas menjadi spiritualitas, sehingga memiliki daya tahan terhadap kesakitan, penderitaan dan kegagalan”. Hancurnya sebuah rumah tangga ideal akibat sikap isteri terlalu maskulin.[15]

III. Isteri mesti Menjaga Diri dan Muruah

Pakaiannya menutup aurat. Mempunyai malu dan sopan.
“ Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.33, al Ahzab : 59).

Jilbab (33:59), adalah penudung atau khumur yang artinya juga adalah “pakaian luar; gaun panjang yang menutupi seluruh badan, atau mantel yang menutupi leher dan payudara“[16].

Tidak berkata keras, apalagi bersikap kasar sombong, di kacak batih bak batih, di kacak langan bak langan, yang diarahkan kepada suami junjungan diri.
Jangan menolak panggilan suami kepada yang baik. Jangan berpuasa sunat tanpa seizin suami (kecuali puasa yang wajib). Jangan meninggalkan rumah tanpa seizin suami. Jangan berhias berlebih-lebihan untuk dilihat orang lain. Jangan lupa berbenah diri ketika suami pulang ke rumah. Jangan menerima tamu laki-laki yang bukan muhrim, di saat suami tidak di rumah.
Simpan rahasia rumah tangga dengan baik. Karena, suami isteri adalah ibarat pakaian yang saling melindungi, karena “.. mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka…” (QS.2, al-Baqarah : 187).
Pesan Rasulullah SAW, “Seorang isteri yang taat melakukan shalat 5 waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga diri (kehormatan faraj-nya), setia kepada suaminya, — dia akan di masukkan ke dalam sorga dari pintu mana saja yang dia ingini”.[17]

Alangkah mulia dan tingginya penghargaan Allah SWT bagi seorang isteri. Bila ia mau mengamalkannya.

Dengan bekal syariat Islam dan adat istiadat yang baik dapat dibina rumah tangga sakinah, “Baiti jannati”, yakni Rumah Tangga Sorga.

Seorang ibu di rumah tangganya, sangat dituntut bersifat kreatif, ulet, tabah, sabar dan mampu menghidangkan keindahan, dan selalu hati-hati melangkah. “ boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “ (QS.2, Al Baqarah : 216)

Arif bahwa di balik sesuatu tersimpan sesuatu. Jangan terperdaya kepada yang tampak lahir semata. Arif melahirkan kewaspadaan dalam bertindak dan berperangai.

Dalam awa akie mambayang, Dalam baiak kanalah buruak,

Dalam galak tangih kok tibo, Hati gadang utang kok tumbuah.

Maknanya, sejak awal, diperhitungkan apa mudharat dan manfaat dari suatu. Hati-hati dalam bertindak.

Jangan perturutkan hati gadang, sehingga lupa nasehat orang tua-tua.

Di balik gembira, bisa menanti duka membawa tangis. Sia-sia hutang tumbuh, kurang awas nagari kalah.

A. Tipe perempuan, tidak boleh ditiru

Perempuan kufur dan khianat kepada suami, seperti isteri Nuh dan Luth, berakhir keneraka. Firman Allah, “ Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan, bagi orang-orang kafir. Keduanya, berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh, di antara hamba-hamba kami. Lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk ( ke dalam jahannam itu)”. (QS.66,at Tahrim :10), Nabi-nabi sekalipun, tidak dapat membela isteri-isterinya atas azab Allah, apabila mereka menentang ajaran agama.
Perempuan yang suka meninggalkan bengkalai dan merusak rajutan …. “ Dan janganlah kamu menjadi seperti seorang perempuan, yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)-mu sebagai alat penipu di antaramu…,” (QS.16, an-Nahl :92).
Tipe Perempuan yang Perlu Ditiru
Selalu menghindar dari kezaliman dan kemusyrikan. Senantiasa berharap sorga, seperti Asiyah isteri Fir’aun ; “ Dan Allah membuat isteri Fir’aun, perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu, dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS.66 at-Tahrim : 11). Sekalipun isteri seorang kafir, bila menganut ajaran Allah dengan taat, akhirnya masuk dalam jannah.
Selalu berupaya agar generasi yang dilahirkannya menjadi zurriyat yang memegang teguh amanah Allah. “ Dan (ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau, anak yang dalam kandunganku ini, menjadi hamba yang saleh, dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Maka, tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan, dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan (padahal), anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya, aku telah menamai dia Maryam, dan aku mohon perlindungan untuknya, serta anak-anak keturunannya, dengan (pemeliharaan) Engkau (ya Allah), daripada syaitan yang terkutuk.” (QS.3, Ali Imran : 35-36),
Doa ibu muda ini makbul.

Maryam, melahirkan anak laki-laki yang sangat baik, mulia dan bermartabat, menjadi Nabi dan Rasul Allah untuk Bani Israil, yaitu Isa ibni Maryam.

Selalu memelihara faraj, yakni Maryam itu sendiri. “ Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-kitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang (perempuan) yang taat.” (QS.66, Tahrim : 12).

perempuan di minangkabau
”Adapun yang disebut perempuan, memakai tertib dengan sopan. Mamakai baso jo basi. Tahu ereng dan gendeng. Memakai rasa dan periksa, malu dan sopan. Menjauhi sumbang dan salah. Mulut manis, tutur bahasa disenangi. Kato baik kucindan murah, pandai bergaul sama besar. Hormat kapada ibu bapo. Khidmat kepada orang tua, patuh kepada suami, Takut kepada Allah, mengikut perintah sunnah Rasulullah. Tahu dengan Korong dan kampong.

Mengenal tumah tangga. Tahu manyuri mangulindan. Takut budi akan terjual. Malu di paham akan tergadai. Tahu di mungkin dengan patut. Meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tahu tinggi dan rendah, bayang-bayang sepanjang badan. Boleh ditiru diteladani. Kan suri teladan kain, kan cupak teladan betung. Meleleh boleh dipalit, menetes dapat ditampung.Setitik dapat dilautkan, sekepal dapat digunungkan, oleh orang se nagari.” Inilah, harkat perempuan di Ranah Bundo, mulia dan bermartabat.

Perempuan Minang, padu isi dengan lima sifat utama; benar, jujur, pandai, fasih terdidik, dan bersifat malu. Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek. Anak urang Koto Hilalang, Handak lalu ka Pakan Baso, Malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso. Al hayak nisful iman = malu adalah paruhan dari Iman.

Dalam siklus ini generasi Minangkabau lahir bernasab ke ayahnya, bersuku ke ibunya, dan bersako ke mamak atau memperoleh gelar sako dan pusako dari mamaknya. Ketek banamo gadang bagala.

Perlu di Ingat !

1. Jangan cepat berputus asa.
Riak jo galombang adalah permainan laut. Bergisir sampan dan pendayung adalah hal biasa.

Jangan cepat berputus asa, akan binasa jadinya rumah tangga. Minta selalu pertolongan dari Allah.

Ingat pesan Rasulullah SAW, “Bila perlu perlindungan minta perlindungan kepada Allah. Bila engkau memerlukan pertolongan minta pertolongan dari Allah “.

Jangan meminta kepada yang dikeramat-keramatkan, atau paranormal. Akibatnya bisa terseret kepada mensyarikatkan Allah, satu dosa besar, ujungnya doa tidak akan dikabulkan Allah.
Shalat yang lima waktu jangan dilalaikan apalagi di tinggalkan. Doamu dinilai dari sini !!!.
Pesan Rasulullah SAW, “ sinarilah rumah tangga kalian berdua, dengan shalat dan bacaan Alquran.”

Martabat manusia ditentukan oleh akhlaknya. Pematangan sikap pribadi berawal dari rumah tangga. Menanamkan perangai yang jujur.

Membentuk perangai umat harus dimulai dengan menanam sahsiah pada keluarga. Pembinaan rohani anggota keluarga dilaksanakan dengan agama. Dimulai dengan menanamkan rasa ”Khauf”

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka“ (Q.S. As Sajadah: 16)

Kata khauf yang berarti takut, telah disinggung di dalam Al Qur’an sebanyak 134 kali, dan sinonimnya yaitu kata “Khasy-syah” yang juga berarti takut terdapat sebanyak 84 kali. Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia ini ibarat ruang ujian, yang harus ditempuh manusia. Firman Allah tentang hal tersebut:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (QS. Al Mulk: 2)

Rasa takut (Khauf) merupakan sifat kejiwaan dan kecenderungan alami yang bersemayan dalamhati manusia, dan memiliki peran penting dalam kehidupan kejiwaan manusia. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: “Man khaafa Aamana”, barangsiapa yang takut, aman!” Kalau kita tidak takut hujan, kita tidak akan sedia payung, bila kita tidak takut sakit kita tidak berupaya meningkatkan kesehatan kita.

Islam tidak memandang rasa takut yang ada dalam diri manusia sebagai aib yang harus dihilangkan. Namun demikian, rasa takut akan menjadi sesuatu yang buruk apabila seseorang tidak mampu mengatur dan menyalurkan rasa takutnya, apalagi bila rasa takut itu jadi perintang kemajuan, kebebasan dan kehormatannya.

Ali bin Abi Thalib AS, menasehati kita: “Kalau anda bertekad melakukan sesuatu, maka arungilah. Karena bayangan bencana terlihat lebih besar dari yang sebenarnya.” Jadi sesungguhnya menunggu datangnya bencana lebih buruk dari bencana itu sendiri. Karena lebih baik kita melakukan persiapan dan menyusun kekuatan bathin menghadapi sesuatu yang akan datang.

Al Qur’an telah menggambarkan rasa takut yang timbul pada jiwa para rasul dan hamba-hamba Allah yang shaleh, meskipun mereka adalah manusia pilihan yang terkenal suci dan bersih. Allah SWT berfirman:

وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلاَ تَخَافِي وَلاَ تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susukanlah dia, dan apabila kamu takut (khawatir) maka hanyutkanlah ia ke dalam sungat (Nil). Dan janganlah kamu takut dan (jangan pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Q.S. Al Qashash : 7)

Takut (al khauf) adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang. Seseorang hanya merasa takut jika yang dibenci tiba yang dicinta sirna. Khauf merupakan salah satu syarat iman dan melaksanakan hukum-hukumnya.

Takut kepada Allah adalah rasa takut yang harus dimiliki setiap hamba. Karena rasa takut itu mendorong untuk meningkatkan amal kebaikan dan bersegera dalam meninggalkan semua yang dilarang-Nya. Rasa takut kepada Yang Maha Kuasa adalah salah satu pilar penyangga keimanan kepada-Nya. Dengan adanya rasa takut, timbul rasa harap (rajaa’) akan maghfirah (ampunan), ‘inayah (pertolongan), serta rahmat Allah dan ridha-Nya. Sehingga hakikat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin“ benar-benar terpatri dalam qalbu seorang hamba.

Di saat manusia merasakan getaran rasa takutnya kepada Allah, maka saat itu berarti mereka memiliki rasa takut pula akan ancaman azab yang Allah sediakan bagi orang-orang yang durhaka kepada-Nya. Ma’rifah (pengetahuan) akan sifat Allah akan mengantarkan ke dalam pengetahuan tentang azab-Nya.

Seorang hamba yang shaleh, berma’rifatullah, dan merealisasikan hakikat kehambaannya dengan senantiasa mengamalkan perintah-Nya dan mengamalkan pula semua ajaran rasul-Nya, pasti akan memilki rasa takut yang mendalam terhadap azab yang mengancamnya. Sikap ini akan melahirkan selalu waspada, sehingga tidak ada amal atau prilaku yang mengarah kepada hal-hal yang menjadikan Allah murka dan menjadikan dirinya durhaka kepada Allah. Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” (Q.S. Az Zumar: 13)

Sesungguhnya rasa takut kepada Allah itu merupakan salah satu perangai yang diciptakan dalam diri manusia untuk memotivasi mereka dalam menyebarluaskan dan menjaga nilai-nilai Ilahy.

Orang yang benar dalam memposisikan rasa takutnya akan merasakan rahmat Allah, baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi.

IV. DOA PENUTUP

اللَّهُمَّ اصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَ اهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَ نَجَّنَا مِنَ الظُّلُمَاتَ إِلىَ النُّوْرِ وَ جَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَنَ،

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فيِ أَسْمَاعِنَا و أَبْصَارِنَا وَ قُلُوْبِنَا وَ أَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَاتِنَا وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، وَ اجْعَلْنَا شَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِيْنَ ِبهَا قَابِلِيْنَ لَهَا وَ أَتِمَّهَا عَلَيْنَا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا،

رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ المُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Tokyo, 25 Muharram 1430 H / 22 Januari 2009 M

[1] Prof. Dr. Zakiah Darajat dalam bukunya “Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam Keluarga” memberikan 5 (lima) resep mewujudkan keluarga tenang dan bahagia
[2] (سُوْرَةُالنُّوْرِ/24:32) (رَوَاهُ الْبُخَارِى-كِتَابُ النِّكَاحِ-جِلِدْ 3, جُزْءٌ 7:8)

[3] Muhammad SAW, adalah orang nomor satu dunia dalam sejarah peradaban manusia, beliau seorang pemimpin yang tangguh, tulen, dan efektif. Lihat Michail H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya, 1988), Cet. Ke-8. judul asli: The 100`s, a Ranking of The Most Influential Persons in History.

[4] Al-Bukhâriy, Shahih al-Bukhâri, (Bairut : Dâr al-Ihyâ’ al-Turâts al-`Arabiy, [tth]), Juz 7, h. 3

[5] Hadits ini tercantum dalam Shahih Bukhari pada kitab al-Nikah, Jilid tiga, juz tujuh halaman tiga dan Shahih Muslim pada kitab al-Nikah, Juz 2, halaman 118-119.

[6] صَحِيْحُ الْجَمْع/ِ 5466

[7] Maksud ayat ini Ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya.

[8] Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya.

[9] Ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisaa’ ayat 23 dan 24.

[10] Ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telah ditetapkan.

[11] HIV/AIDS hanyalah salah satu efek buruk perbuatan zina seperti disinggung dalam Surah Al Isra: 32 di atas. Tidak menutup kemungkinan efek-efek lain yang jauh lebih mengerikan dari AIDS akan menyusul apabila zina masih dianggap sebagai hal biasa tanpa sedikit pun mengindahkan larangan Sang Pencipta. Tidak ada obat pencegahan AIDS yang paling mujarab bagi umat Islam kecuali menjauhi zina dan tidak menikahi mereka yang pernah melakukan zina.

[12] Menurut bahasa kata Qudsi adalah dinisbatkan pada lafazh “al-Qudsu” atau “al–Qudusu“. Artinya suci dan bersih. Disebut juga hadits Ilahiy, dinisbatkan pada lafazh “al-Hilâhu”. Atau disebut juga hadits rabbaniy, dinisbatkan pada lafazh “al-Rabbu“. Menurut istilah sesuatu yang didasarkan dan di-isnadkan oleh Nabi SAW kepada Allâh, tapi bukan al-Qur’ân.

[13] Ajaran Kristiani (Katolik) menganggap celibate mencerminkan kesempurnaan (seperti dialami Yesus hingga di salib dan Maryam yang tetap perawan), seperti tertera dlm Injil Matius 19: 12, 27-29; Korintus 7: 32-33 dan Surat Paulus, Rum 12: 1 yang isinya: “karena itu, saudara-saudara demi kemurahan Allâh aku menasehati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan hidup yang kudus dan berkenan kepada Allâh; itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Jakarta, LAI, 1990, h. 203- PB), Yang menentang sikap menyendiri adalah Protestan. Ajaran agama islam tidak mengajarkan pola hidup yang egois ini.

[14] Kandungan Hadits Riwayat Bukhâriy dan Muslim, lihat dalam SAHID, No. 10/Tahun III/Februari 1991, hal. 41.

[15] Hani’ah, HISKI, UNP-1997, dan Armiyn Pane, “Belenggu”

[16] [The Holy Qur’an, Abdullah Yusuf Ali (1946), halaman 1126, nota kaki 3765]. Ia bukan tudung kepala. (Tudung kepada yang kini dipakai oleh kaum wanita adalah ‘mandil’ dalam bahasa Arab. Ia bermaksud kerchief; handkerchief; head kerchief, dalam bahasa Inggeris. Tetapi ia tidak terdapat di dalam al-Qur’an.)

[17] Hadist dari Anas bin Malik.

 

Tag:

QANA’AH PANGKAL KEBAHAGIAAN

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قد أفلح من أسلم ورزق كفافا وقنعه الله بما آتاهُ
“Sungguh beruntung orang yang berislam, ia diberi rizqi secukupnya, dan Allah menganugerahkannya sifat qana’ah dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim 2423)

Para Ulama menjelaskan qana’ah adalah merasa puas dan ridha dengan rizqi yang Allah berikan. Semakin kokoh keimanan seseorang kepada Allah maka ia akan semakin qana’ah.
Sifat qana’ah dapat mendatangkan keberuntungan karena akan menjauhkan seseorang dari meminta-minta, kehinaan dan perilaku yang dapat mengurangi wibawa. Qana’ah juga akan menyelamatkan seseorang dari fitnah dunia, kesombongan dan sikap melampaui batas. Ia tidak latah mengikuti apa yang orang punya. Orang yang qana’ah juga akan bekerja cerdas bukan bekerja keras sehingga tidak mudah mengorbankan prinsip-prinsip agama.

Begitu istimewanya sifat qana’ah ini sampai para Ulama berkata orang yang qana’ah adalah orang yang paling kaya. Pasalnya tak sedikit orang yang lahiriyahnya kaya secara materi, akan tetapi miskin secara batin. Inilah yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Kekayaan itu sejatinya bukan karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Wahai pohon nan kokoh rindang berbuah lebat.. Kami menyadari bahwa engkau telah menjadi sebuah pohon besar kokoh yang berbuah lebat, dipuja puji orang dengan decak kekaguman yang luar biasa. Pohonmu tinggi, batangmu kokoh, buahmu lebat, bercitarasa manis memabukkan selera. Orang yang mendekatimu bukanlah orang sembarangan lagi. Pastilah orang berkelas, berlevel tinggi, berlabel orang hebat. Sadar kita itu…

Namun satu hal, janganlah lupakan siapa dulu yang telah menanam kamu, siapa dulu yang memberikanmu pupuk, siapa yang menyirammu pagi dan petang serta siapa yang telah menjaga dan memelihara kamu dari hama dan binatang buas tanpa pamrih siang malam.

Tahukah kamu, kadang dalam memelihara dan menjaga dirimu setiap hari, agar kamu dapat tumbuh kembang kokoh berbuah lebat, sering kali mereka berhadapan dengan bahaya. Bahaya ulat bulu, bahaya pianggang, bahaya ular kepala dua, bahaya hujan lebat, bahaya longsor dan bahaya lainnya yang mungkin kamu tidak tahu atau sadari. Dan memang mereka tidak akan memberitahu kamu wahai pohon, agar kamu jangan stress, agar kamu tetap bahagia untuk tumbuh berkembang menjulang angkasa.

Namun, kamu pohon yang sekarang telah berdiri kokoh menjulang langit itu, dengan kepongahanmu seakan mencabik dunia, telah melupakan mereka semua. Seakan-akan juga engkau dibesarkan dari langit dan lupa kamu berada dibumi.

Walau sekarang mereka (yang menurut kamu) bukan sesiapa lagi, yakinlah suatu saat kamu akan butuh juga tangannya untuk bisa menyirammu lagi dengan air jernih, memberikanmu pupuk yang menyegarkanmu. Setidaknya kalau ada nanti benalu yang merambat di batangmu nan kokoh itu, yakinlah, dia tanpa pamrih tetap jua dengan sigap akan membabat benalu itu…

Ingatlah, bahwa mereka yang telah membesarkanmu itu, tidak minta balasan apapun jua. Namun sebagai manusia yang berakhlak mulia, punya rasa dan karsa, hendaklah kamu hargai mereka dengan kepantasan dari dirimu.

Tahukah kamu wahai pohon, tanpa mereka, kamu bukanlah siapa siapa. Kamu sama saja dengan pohon pohon lain di belukar sana.

Moga kamu menjadi pohon yang masih punya urat tunggang ke bumi dan tidak berfikir bahwa kamu berurat ke atas langit…

Maka orang yang qana’ah sekalipun kelihatannya sederhana ia adalah orang yang paling kaya.
Wallahualam bis Shawaab

Moga bermanfaat
Wassalaam BuyaHMA
Buya Masoed Abidin Za Jabbar
Buya Hma Majo Kayo
Buya Masoed Abidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar

 

Tag:

HADAPI LAH MUSIBAH (BALA DAN WABAH) DENGAN CARA YANG BENAR.

Abdurrahman bin Auf yang menyampaikan hadits Rasulullah yang pernah didengarnya saat ia masih bersama Rasulullah semasa hidupnya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
إذا سمعتم به – أي الطاعون- بأرض فلا تقدموا عليه وإذا وقع وأنتم بها فلا تخرجوا فرارا منه.
( رواه البخاري )
Rasulullah Saw bersabda:
“Jika kalian mendengar adanya satu wabah penyakit di satu negeri, maka janganlah kalian memasukinya dan jika kalian berada di negeri itu, maka janganlah pula kalian meninggalkannya karena menghindarinya.”
(HR. Bukhari)

TERIMALAH NASEHAT DARI YANG AHLINYA.
Baginda Nabi pernah bertutur:
إذا وسد الأمر الی غیر اهله فانتظر الساعة
Jika suatu perkara diserahkan kepada bukan ahlinya, nantikanlah kebinasaan yang akan datang.
عصمنا الله و إیاکم بطاعته ..

YA ALLAH BEGITU SUKARNYA MERAIH SURGA MU,
TERNYATA BERAMAL DAN BERIBADAH SAJA BELUM CUKUP,
MESTI DILAKUKAN DENGAN SEMPURNA DAN ISTIQAMAH.
Apakah mungkin bagi hamba Mu ini mendapatkan nya?
Mudahkan jalan kami Yaa Allaah.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
” Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “ :
” Tuhan kami ialah Allah “
” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “ :
” Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu “.
(QS. Fushshilat ayat 30)

YAA ALLAH HINDARKAN NEGERI KAMI DARI BALA BENCANA
اللهم بحق الفاتحة وسر الفاتحة ،
يافارج الهم وياكاشف الغم ،
يامن لعباده يغفر ويرحم ،
يادافع البلاء ياالله ويادفع البلاء يارحمان ويادفع البلاء يارحيم ،
ادفع عنا الغلاء والبلاء والوباء والفحشاء والمنكر والسيوف والمختلفة والشداءد والمحن ماظهر منها وما بطن في بلدنا هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة انك على ما تشاء قدير….
Ya Allah, dengan kebenaran Fatihah dan dengan rahasia yang terkandung dalam Fatihah,
Ya Allah Tuhan yang melapangkan kedudukan dan yang menghilangkan kesedihan,
Ya Allah Tuhan Yang Maha Kasih Sayang kepada hambaNya,
Ya Allah Tuhan yang menghindarkan Bala,
Ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih yang menolakan Bala,
Yaa Allah tuhan Yang Maha Penyayang yang menjauhkan Bala,
Tolakanlah dari kami malapetaka, bala, bencana, kekejian dan kemungkaran, sengketa yang beraneka, kekejaman dan peperangan, yang tampak dan yang tersembunyi, dalam negara kami khususnya dan dalam negeri kaum muslimin pada umumnya, Sesungguhnya Engkau Berkuasa atas segala sesuatu …… Aamiin Yaa Rabbal Alamiin

Wassalaam BuyaHMA Masoed Abidin

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 22 Maret 2021 inci Uncategorized

 

KISAH RASULULLAH SAW Orang yang Berselimut

Muhammad SAW yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu kepadanya,

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut), (QS: Al-Muddassir 74:1)
قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan! (QS.74:2)
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah! (QS.74:3)
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah, (QS.74:4)
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (QS.74:5)
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
_dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (QS.74:6)
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS.74:7)

Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang bertambah besar.
Beliau perlahan mendekati suaminya.
Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
“Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi, Khadijah,” demikian jawab Rasulullah.
“Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadah hanya kepada Allah.
Namun, siapa yang akan kuajak?
Siapa pula yang akan mendengarkan?”

Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya.
Diceritakannya apa yang tadi dikatakan Waraqah. Dengan penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang yang mengimani Rasulullah.
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah.
Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta suaminya memberitahu dirinya apabila malaikat datang.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah yang dapat melihatnya.
Khadijah mendudukkan Rasulullah di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah kanan. Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah.
Namun, ketika Khadijah melepas penutup wajahnya, Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa yang datang itu benar-benar malaikat, bukan jin.

Bertemu Waraqah
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah bin Naufal.
Saat itu, Rasulullah sedang melaksanakan thawaf.
Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya, Waraqah berkata, “Demi Dia yang memegang hidup Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa.
Pastilah kau akan didustakan, disiksa, diusir, dan diperangi orang.
Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula.”

Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun Rasulullah.
Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya, melihat orang-orang yang menyembah patung-patung batu.
Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan harta anak yatim.
Mereka jelas-jelas berada dalam kesesatan.
Kepada orang orang inilah Rasulullah diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan perbuatan perbuatan itu.
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja?
Orang orang Quraisy itu benar-benar amat kuat dalam memegang keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk mempertahankan keyakinan mereka.
Untuk itu, Rasulullah memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.

Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak juga turun.
Jibril tidak pernah datang lagi untuk waktu yang lama.
Rasulullah merasa amat terasing.
Rasa takutnya kembali muncul.
Beliau takut jika Allah melupakan bahkan tidak menyukainya.
Rasulullah kembali pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira.
Ingin rasanya beliau membumbung tinggi dengan sepenuh jiwa, menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah untuk menuntun umat ternyata menjadi kering. Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus asa.

Surat Adh Dhuha
Tiba-tiba, wahyu itu turun:
وَالضُّحَىٰ
Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
Surah Ad-Duha (QS.93:1)
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
(QS.93:2)
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.
(QS.93:3)
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) .
(QS.93:4)
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
(QS.93:5)
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
(QS.93:6)
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
(QS.93:7)
وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
(QS.93:8)
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
(QS.93:9)
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
(QS.93:10)
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.
(QS.93:11)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang sudah.
Betapa damainya firman Allah itu terasa di hati beliau.
Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan mungkar dan membersihkan pakaian.
Beliau harus mengajak orang mengingat Allah.
Beliau harus tabah menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang meminta bantuan, dan berlaku lembut kepada anak yatim.

Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu Allah melindunginya lewat asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya kekayaan.
Allah pula yang telah menyandingkan beliau dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan semasa beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta kasih, yang memberi nasihat dengan rasa kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan, lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian.
Cukuplah semua itu.
Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah mengajak orang kepada kebenaran, sedapat mungkin, sekuat mungkin.

Moga Bermanfaat untuk diambil menjadi suri tauladan

Wassalaam
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Masoed Abidin Jabbar

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 11 Maret 2021 inci Uncategorized

 

Isra’ Mi’rajMeneropong Kekuasaan Allah dalam Ilmu Modern

Oleh: H. Mas’oed Abidin

      Kita sedang berada di bulan Rajab yang mengandung satu peristiwa besar yang disebutkan oleh Alquraan sebagai peristiwa kembar (Isra’ dan Mi’raj) Muhammad SAW yang merupakan pilar penting dalam rentetan Risalah Islam.
      Peristiwa pertama dikenal dengan peristiwa Isra’ (perjalanan malam hari) Rasulullah SAW berawal dari Masjidil Haram (Makkah) dan berakhir di Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis, Palestina). Kedua tempat itu telah diberkati sekelilingnya (alladzi barakna haulahu), sebagai tempat diutusnya banyak Nabi dan Rasul-Rasul sejak Ibrahim AS hingga Isa ibni Maryam.
      Di sekitar Baitulmaqdis telah diturunkan Kitabullah (Taurat, Zabur, Injil, dan beberapa shuhuf) melalui Rasul-Rasul Allah pegangan Agama Samawi untuk bimbingan dan pedoman ummat manusia dari masa ke masa. Di keliling Masjidil Haram (Makkah dan Madinah) diwahyukan Al Quranul Karim kepada Muhammad SAW, yang menjadi rahmat besar tiada ternilai untuk seluruh penduduk alam ini, sampai akhir masa.
      Perjalanan Isra’ merupakan bukti kemuthlakan kekuasaan Allah Maha Pencipta (linuriyahuu min ayatina) yang mampu merubah ruang dan waktu, tak terpaut kepada dimensi menurut batas akal fikiran manusia. Kecerdasan akal (rasional intelegensia) yang dipunyai manusia sangat terbatas.     Mengandalkan semata-mata kemampuan rasio tidak akan mampu mencerna  peristiwa sangat spektakular ini. Apalagi kalau yang menjadi ukuran hanyalah  jarak, waktu, ruang dan dimensi materi.
Sampai kinipun, saat teknologi transportasi sudah maju, peristiwa Isra’ masih merupakan misteri ilmu pengetahuan. Ada yang percaya bahwa peristiwa itu benar terjadi. Ada pula beranggapan sebagai cerita dongeng dan mimpi belaka. Ilmu pengetahuan malah mempertanyakan bagaimana persamaan geraknya dengan teknologi transportasi dan betapa kajiannya menurut hukum dasar mekanika (ilmu gerak) yang dikenal sekarang. Lebih ekstrim lagi kalau tidak terkaji oleh ilmu pengetahuan modern, maka peristiwa itu mustahil diterima.
Diketahui hingga sekarang  ada dua hukum dasar mekanika (ilmu gerak). Kesatu, disebut sebagai mekanika klasik (dikembangkan Isaac Newton, dengan tiga hukum dasarnya yaitu kelembaban,gerak dan aksi-reaksi), berlaku untuk gerakan suatu materi yang kecepatannya rendah, jauh lebih kecil dibanding dengan kecepatan cahaya (300.000 km/detik kuadrat).
Kedua, disebut mekanika modern (dikembangkan Albert Einstein, dengan teori relativitas dan konsep kenisbiannya), berlaku untuk materi yang kecepatannya sangat tinggi, yang besarnya mendekati kecepatan cahaya, dan ini hanya bisa dicapai oleh materi yang berukuran kecil seperti electron.
Suatu kejadian menurut embanan teori realitivitas  dalam dimensi ruang dan waktu, (keduanya bukan besaran yang muthlak, melainkan tergantung kepada sipengamat), maka dalam dimensi ini  belum  ada satu benda melebihi kecepatan maksimum (kecepatan cahaya). Kecepatan itu bisa dicapai oleh materi yang memiliki massa diam nol, yakni gelombang elektromagnet (seperti sinar gamma, sinar X, dan cahaya).
Teori ini juga menyebutkan adanya perobahan kerangka waktu, panjang, dan massa. Semakin tinggi kecepatan suatu materi massa semakin bertambah besar terjadi time dilatation (pemuluran waktu) dan panjang mengalami kontraksi. Konsekwensi teori (realitivitas) ini melahirkan suatu kaedah, bahwa materi tidak dapat dimusnahkan, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat dikonversi kedalam bentuk atau gelombang.
Perjalanan menempuh jarak antara Masjidil Haram (Makkah) dengan Masjidil Aqsha (Palestina) dengan hasil teknologi transportasi maju hari ini bisa ditempuh kurang dari semalam (memakai kapal terbang, termasuk rumusan mekanika klasik). Akan tetapi, tingkat  teknologi transportasi 15 millenium lalu itu adalah Kuda, Onta, Keledai atau jalan kaki. Di sinilah tumbuhnya bantahan musyrikin Quraisy karena kemampuan akal  melihat sebagai suatu yang mustahil.
Pertanyaan berikut, kenderaan apa yang dipakai Muhammad melakukan perjalanan malam (Isra’). Bila disebut dengan berkenderaan buraq (berasal dari kata barq artinya kilat). Maka itupun dilihat sebagai suatu yang berlebihan, selanjutnya juga sangat mustahil. Kilat adalah satu gelombang elektromagnet dengan kecepatan maksimum seperti kecepatan cahaya, sehingga dengannya jarak matahari dan bumi bisa dijelang dalam waktu delapan menit
Sebenarnya Buraq (barq) tidak sama dengan kilat dalam arti yang lazim, karena memiliki kecepatan ‘sekejap mata’  dan mampu menempuh jarak sejauh mata memandang. Kenyataan keseharian kita membuktikan bahwa mata tanpa alat bantu bisa memandang bintang dilangit yang jaraknya ribuan kali jarak matahari. Karenanya dapat disimpulkan  buraq bukanlah kilat dalam dimensi pengertian umum dengan kecepatan melampuai cahaya, bahkan mungkin 18 juta kali kecepatan cahaya. Sekali lagi, bila Muhammad masih terkungkung pada dimensi ruang dan waktu, mustahil dia bisa bergerak secepat kilat, kecuali jika telah dirubah menjadi foton (paket energi gelombang elektromagnet, yang kecepatannya sama dengan cahaya), dan bila itu yang terjadi sangat sulit untuk kembali kepada materi semula, lebih rumit membayangkan terjadi pada diri manusia seperti Muhammad.
Kejadian ini diluar jangkauan akal dan indera manusia. Akal tidak mampu menggambar lintasan gerak yang terjadi. Bahkan ilmu pengetahuan murni tidak mampu menuliskan persamaannnya dalam teori gerak (mekanika) Newton ataupun Einstein. Kedua teori gerak tersebut dalam kasus ini tidak berlaku lagi.
Kata kuncinya terletak pada kata-kata “asraa” (kata kerja transitif yang membutuhkan obyek) dan berasal dari katakerja intransitif “saraa”, berarti telah berjalan malam hari. Obyek asraa adalah Muhammad.
Kata-kata Isra’ diambil dari bentuk mashdar saraa, sehingga secara harfiyah diartikan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsha, yang sepenuhnya dalam perencanaan sampai pada pelaksanaan perjalanan (baik dalam bentuk sarana, alat yang dipakai, sifat perjalanan, waktu dan kecepatan) semata-mata adalah absolut (muthlak) menjadi ilmu dan kekuasaan Allah adanya. Subhanallah. Secara bijaksana Allah memperlihatkan kekuasaan muthlak itu dengan awalan kalimat “Subhanal-ladzii” , dan seterusnya,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.17:1).
Disinilah wilayah iman, dan bila kita lihat dari sisi ini, jelaslah ada satu konsep yang lebih tua dari umurnya teori gerak (mekanika) klasik ataupun modern, yaitu teori gerak kun fa yakun (absolut kekuasaan Allah). Kekuatan agung (raksasa) ini merupakan wilayah iman (keyakinan) yang berurat berakar pada kalbu (hati) manusia. Suatu kekuatan inti (inner side) dalam bentuk emotional inteligensia, yang pada gilirannya  mampu menumbuhkan kesadaran ilmiah rasionil, seperti diperlihatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq tatkala mendengar peristiwa Isra’ itu disampaikan oleh Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dia membenarkan peristiwa mencengangkan ini, bahkan lebih dari itu, diapun percaya bila Muhammad menyatakan naik kelangit sekalipun.
Inilah kesadaran rasionil ilmiah, karena Muhammad adalah utusan Allah. ” Innahu huwa as-sami’ ul-bashir إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير ,artinya “sungguh Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.17:1).
                                                        ***     
Peristiwa kedua, adalah Mi’raj (naik ketempat yang paling tinggi), sebagai dijelaskan pembuktiannya oleh Allah dalam Firman-Nya
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan-Nya yang paling besar” (QS.53,An-Njm,ayat 13-18).
‘(Muhammad melihat Jibril untuk pertama kalinya dalam bentuk asli itu adalah tatkala diturunkan wahyu pertama Surat Al ‘Alaq (96) ayat 1-5. Keabsahan penglihatan Muhammad ini diperkuat oleh Wahyu Allah QS.53,An-Najm, ayat 1-14)
Mi’raj adalah kelanjutan Isra’, naik ketangga. Kata mi’raj mashdar dari ‘aroja, berarti telah naik tangga. Harfiyahnya, mi’raj bermakna tangga, bentuk pluralnya ma’arij juga dipakai dalam penamaan salah satu Surat dalam Al Quran (S,70).
Dalam  Surah al Ma’arij itu disebutkan;
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS.70:4).
Perjalanan satu hari malaikat, berbanding sama dengan 50.000 tahun dalam hitungan manusia. Suatu angka yang misterius.
Atau dalam surah lainnya disebutkan pula;
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS.32:5).
Makna sesungguhnya dari angka misterius 50.000 tahun dan 1.000 tahun, dengan perbandingan hitungan waktu satu hari (kecepatan malaikat) sesungguhnya merupakan rahasia ilmu Allah. SUBHANALLAH.
Namun, jika angka tersebut dipahami sebagai pemuluran waktu (time dilatation) dalam konsep mekanika realitivistik, maka perjalanan malaikat satu hari baru teramati dalam dimensi waktu 50.000 tahun (minimal 1000 tahun) oleh manusia (pengamat diam). Hal ini hanya bisa terjadi kalau kecepatan yang berlaku lebih dari kecepatan cahaya dalam teori ilmu pengetahuan modern. Kalau konsep ini ditelaah, pertanyaannya adalah “apakah malaikat itu suatu gelombang elektro magnetik”? Dalam sebuah hadist, ‘Aisyah R.’Anha, meriwayatkan bahwa Malaikat itu tercipta dari nur (cahaya).
Karena Malaikat adalah makhluk ghaib, bukan materi, maka pasti bukan tergolongkan gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh manusia dan dapat dikendalikan sebagaimana lazimnya gelombang elektromagnetik lainnya dialam ini.
Inilah Wilayah Iman, yang pada gilirannya hanya mampu menggumamkan kata kagum “Subhanallah”, dan tak akan pernah dirasakan oleh ilmuan vrijdenker atau atheis sepanjang zaman.  Andaikata perjalanan di ma’arij itu menjadi dasar bahasan perjalanan mi’raj, dalam kadar sehari berbanding 50.000 tahun, niscaya perjalanan itu akan berkecepatan 18 juta kali perjalanan kecepatan teknologi transportasi modern, dalam perhitungan manusia berdimensi ruang dan waktu.
Peristiwa kedua ini lebih menakjubkan dari peristiwa pertama. Lebih susah membayangkan dan sulit menerimanya, bila hanya mengandalkan kemampuan rasio semata.
Akan sangat mudah menerimanya apabila kemampuan rasio didasari  haqqul-yaqin (keyakinan atas kemuthlakan Allah Yang Maha Kuasa).
Haqqul yaqin adalah tingkat puncak dari ilmul yaqin. Keyakinan ini akan menjadi landasan utama dari pandangan hidup tauhid (tauhidic weltanschaung) selanjutnya.
Tauhidic Weltanschaung (pandangan hidup tauhid) inilah pada akhirnya akan merupakan salah satu ukuran tingkat kecerdasan yang melahirkan kemampuan untuk menguasai nilai-nilai keseimbangan (tawazunitas), sebagai ciri khas ilmuwan yang bijak.
Ada tiga nilai dasar dalam peristiwa besar ini ;
1. Ujian Iman (nilai aqidah) yang melahirkan pengakuan bahwa kekuasaan  yang muthlak hanya ada pada kekuasaan Allah.
2. Kesadaran ilmiah bahwa kemampuan rasio sangat tidak berarti apabila tidak dilandasi oleh keyakinan tauhid.
3. Kekhusyukan ibadah merupakan pembuktian adanya keyakinan tauhid dalam menempuh kehidupan nyata sebagai suatu kepantasan yang sangat rasional.
Isra’ Mi’raj adalah bukti kerasulan Muhammad (setaraf mu’jizat Rasulullah), dengan tujuan ;
1. Lit-tastbit atau mengukuhkan posisi kenabian dan kerasulan Muhammad SAW,
2. Lit-takrim, atau memuliakan kedudukan Muhammad sebagai manusia pilihan,
3. Lis-ti’-dalil quwwah, atau menempa kekuatan mental-spiritual Mauhammad SAW dalam mengemban missi kerasulan, sebagai Khataman Nabiyyin

Sebagai ummatnya kita dapat menarik hikmah dari dua peristiwa spektakular ini antara lain;
(1) Pengukuhan iman berkaitan dengan pengakuan atas kemuthlakan kekuasaan Allah, yang pada tahap selanjutnya akan menanamkan kesadaran mendalam atas lemahnya kekuatan rasio manusia bila tidak dilandasi aqidah (keyakinan tauhid),dan pada bagian akhirnya akan melahirkan ketaatan penghambaan hanya terhadap Ma’bud (hanya Allah yang berhak disembah).
(2) Bukti atas keutusan Muhammad SAW sebagai Rasul Allah, dengan segala kemuliaan (mukjizat) selaku Khataman Nabiyyin (penutup segala nabi-nabi), dan merupakan pembuktian Al Quranul Karim yang teruji secara ilmiah.
(3) Kerelaan dan ketaatan bukti kesetiaan kepada Allah, dengan keteguhan mempedomani hidayah Allah (Al Quran) dan mengikuti Sunnah Rasul-Nya.
Menunaikan ibadah adalah nikmat Allah.
Kesempatan seseorang untuk bisa menunaikan ibadah secara khusyuk dan tertib, sungguh  merupakan nikmat Allah yang besar. Ibadah shalat, sebagai salah satu syari’at dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang dilaksanakan lima kali sehari semalam, sesungguhnya harus dirasakan sebagai wahana pembentukan watak manusia yang sempurna (insan kamil).
Karena selain bernilai spiritual, ibadah ini akan menjadi akar dari caracter-building dalam membentuk sikap terpuji seperti; disiplin waktu, cinta kebersihan, sehat fisik, taat aturan, tuma’ninah (teratur), memiliki kesadaran prima (kontroling), bersikap hati-hati, tabah dan setia.
Sikap itu amat diperlukan dalam mengarungi kehidupan kini dan menatap keberhasilan masa depan (dunia dan akhirat). Karenanya amat mudah membuat garis kaedah terhadap orang yang lalai dalam ibadahnya, berkecenderungan melalaikan tugas-tugas fisik dari pekerjaan yang ada didepannya, dan cenderung mengkhianati amanah yang dipetaruhkan padanya.
Demikianlah intisari peristiwa Isra’ Mi’raj, yang rahasianya terkandung dalam bulan Rajab ini. Semoga Allah Subahanahu Wa Ta’ala menganugerahkan kepada kita semua kecerdasan rasio dan kemantapan iman, sehingga dengan kekuatan itu kita mampu melihat dan menapak kehidupan masa datang yang banyak dengan tantangan ini..

Insya Allah
Billahit taufiq wal hidayah,
Assalamu’alaikum wr.wb
Padang, 10 Maret 2021.
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Masoed Abidin Jabbar
Masoed Abidin Za Jabbar

 

Tag:

PELIHARA IMAN YANG KOKOH

Umat ber-IMAN kepada Allah yang hidup dan matinya kerena Allah dan mengikuti jejak Rasulullah SAW, sangat ditakuti oleh umat2 diluarnya.
Bukan karena banyak Ekonomi atau Persenjataan, tetapi di takuti karena umat beriman memiliki Tauhid kepada Allah dia menyatu dengan Allah dan tidak bersembunyi dibalik sehelai daun alang2 dan pergaulannya pun sangat ETIS.
Dia waspada karena musuh2nya siap menerkam dari semua penjuru ….
Hati2 peperangan moral sudah dimulai ….

OPTIMALKAN MEMANFAATKAN WAKTU YANG TERSEDIA
إنّ حمد لله
Panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allāh Tabarāka wa Ta’ala
JANGAN MEMBIARKAN WAKTU KITA KOSONG TANPA AKTIVITAS YANG BERMANFAAT
Seandainya ada waktu kita yang kosong segera isi dengan sesuatu yang bermanfa’at, apapun itu. Bermanfa’at buat dunia kita atau untuk akhirat kita.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam Al Qurān, surat Al Insyirāh ayat 7 memotivasi kita. Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
“Kalau kamu sudah selesai melakukan suatu pekerjaan, maka lanjutkan dengan pekerjaan lainnya.”
Kata sebagian ahli pendidikan :
الرَّاحَةُ فِي تَبَادُلِ الَأعْمَلِ
“Istirahatnya seorang muslim itu adalah pergantian pekerjaan.”
Kadang-kadang kita jenuh.
Makanya kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla :
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
“Kalau kamu sudah selesai melakukan pekerjaan, lakukan pekerjaan lain.”
Bukan berarti dalam agama kita tidak mengenal adanya istirahat.
Yang namanya hiburan dalam agama kita ada, refreshing ada. Tetapi tidak refreshing yang berbau negatif.
Ini adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam Al Qurān Surat Al Insyirah Ayat 7.

Dalam hadist Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga sama. Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغُلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfa’atkanlah 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara, waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu.”
(Hadits riwayat Al Hakim dalam Mustadraknya 4:341)

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :
وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغُلِكَ
“Manfa’atkanlah waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu.”
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memerintahkan, agar waktu kosong itu segera dimanfa’atkan sebelum datangnya waktu sibuk.
Supaya hal-hal yang kosong itu tidak diisi dengan sesuatu yang negatif. Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al Qur’an memerintahkan kita, kalau sudah selesai pekerjaan segera diiringi dengan pekerjaan yang lain?
Karena waktu kosong biasaya akan mendatangkan hal-hal yang sifatnya negatif.
Ketika otak ini kosong, maka yang muncul adalah sesuatu-sesuatu yang sifatnya negatif. Makanya perkataan penyair:
وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تُشْغِلْهَا بِالحَقْ (بِالخْيْرِ) شَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ (بِالشَّرِّ)
“Diri kita ini kalau tidak kita sibukkan dengan kebaikan, maka dia akan menyibukkan kita dengan keburukan.”

Ketika kita tidak manfa’atkan waktu kita dengan kebaikan, maka syaitan akan masuk di situ dan akan memprovokasi kita untuk melakukan yang jelek-jelek.
Lihat contoh kisah Zulaikhah menggoda Nabi Yusuf. Nabi Yusuf ganteng.
Ada sebab lainnya?
Ada kesempatan.
Kenapa Zulaikhah kepikiran untuk menggoda Nabi Yusuf? Padahal Nabi Yusuf bisa dikatakan sekedar anak yang ditemukan disebuah sumur.
Karena kosongnya jiwa.
Jiwa yang kosong itu bersumber dari kosongnya aktivitas.
Maka yang namanya aktifitas itu tidak mesti aktivitas fisik. Kita aktifkan otak kita.
Kita coba mikir dosa-dosa kita sudah banyak.
Apakah memikirkan dosa itu membutuhkan kerja kaki tangan?
Hanya perlu tafakkur.
Ya. Butuh kita berfikir, membayangkan dosa-dosa kita. Bekal kita sudah seberapa, sehingga waktu istirahat itu bisa kita optimalkan untuk sesuatu yang bermanfa’at.

JANGAN TUNDA PEKERJAAN ATAU AMALAN
Ini lah sebuah penyakit.
Kebiasaan suka menumpuk-numpuk pekerjaan adalah perangai yang tidak baik.
Dan itu bukan hanya dalam pekerjaan duniawi saja bahkan sampai kepada amalan akhirat.
Makanya sebagian ulama mengatakan :
منْ رَامَ علمة جُمْلَةً ذهبَ عنْهُ جملةً
“Barangsiapa yang mencari ilmu borongan, maka hilangnya juga borongan.”
Banyak diantara kita ketika mendapatkan ilmu tidak segera kita amalkan, tapi kita undur-undur. Itu salahnya. Akhirnya terasa berat, karena sudah menumpuk begitu banyak.
Coba kalau kita dapat ilmu, dibarengi mengoptimalkan waktu, langsung kita praktekkan.
Ini namanya mengamalkan ilmu, sehingga terasa ringan.
Itu dalam pekerjaan yang bersifat duniawi, seperti mencari ilmu yang bersifat umum.
Dalam perkara ukhrawi, semisal ibadah, kita diperintahkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk mengamalkan, manfaatkan waktu kosong dan jangan mengundur-ngundur pekerjaan. Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَال فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah kalian untuk beramal, sebelum datangnya fitnah yang gelap gulita, seseorang ketika pagi harinya masih mukmin, sore harinya kafir, sore harinya masih beriman, pagi harinya kafir, karena dia menukar agamanya dengan dunia.”
(Hadits riwayat Muslim nomor 118)
Itu perintah dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Jadi jangan suka mengundur-ngundur pekerjaan. Begitu ada waktu, kerjakan. Begitu ada waktu kosong, lakukan. Entah itu yang sifatnya duniawi atau ukhrowi, selama itu bermanfa’at, lakukan.
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَال
“Bersegeralah kalian dalam beramal.”
Kenapa wahai Rasul?
ِفِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
“Sebelum datangnya fitnah yang gelap gulita.”
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam :
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا
“(Kalau sudah datang masa fitnah), seseorang ketika pagi harinya masih mukmin, sore harinya kafir (murtad dari agama ini).”
Atau sebaliknya :
أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا
“Sore harinya masih berislam, masih beriman, pagi harinya sudah kafir (keluar dari agama islam).”
Fitnah, kenapa?
Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam :
يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Karena dia menukar agamanya dengan dunia (materi).”

Makanya, ketika ada pekerjaan segera lakukan.
Berarti kita disuruh untuk melakukan pekerjaan amalan yang banyak? Iya, sebanyak-banyaknya. Perhatikan kualitasnya juga.
Kualitas itu seperti apa contohnya?
Amalan itu akan semakin afdhal ketika pas meletakkan amalan itu sesuai dengan waktu dan tempatnya.
Ada beberapa amalan yang kalau melakukan amalan itu pada pas waktu yang telah ditetapkan, maka itu menjadi amalan yang sangat afdhal.
Contoh, begitu datang waktu shalat, yang paling afdhal dilakukan saat itu adalah shalatnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh oleh agama kita
Contoh lain misalnya, habis shalat, yang paling afdhal apa? Dzikir.
Ini melakukan amalan pas sesuai dengan waktu. Inilah yang akan meningkatkan kualitas amalan seseorang hamba.
Yang terkait dengan masalah ini ada sebuah buku bagus judulnya “Tajridul Iththiba’ Fī Bayāni Asbabbi Tafadhalil A’māl”, karya Syeikh Ibrāhim bin Amir Ar Ruhailī.

Wassalam
Buya Masoed Abidin Za Jabbar

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 6 Maret 2021 inci Uncategorized

 

Kajian Tauhid … SUNGGUH ALLAH Subhanahu Wata’ala SANGAT LUAS KASIH SAYANG NYA ….

AMPUNAN ALLAH Subhanahu Wata’ala SUNGGUH SANGAT LUAS SEKALI.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً ( رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح )
Artinya :
“Dari Anas Rhadiallahu ‘anhu. dia berkata:
Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
ALLAH TA’ALA BERFIRMAN:
” Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). “
” Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak awan di langit kemudian engkau minta ampun kepadaku niscaya akan Aku ampuni engkau. “
” Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan. ”
(Riwayat Turmudzi dan dia berkata: hadits hasan shahih).
Dari hadits tersebut diketahui bahwa penghalang ampunan dari Allah Subhanahu wata’ala Ta’ala adalah mengambil tuhan selain Allah baik disadari atau tidak disadari.
Mempercayai Tuhan selain Allah desebut dengan syirik, yang bahasa berarti persekutuan atau bagian, sedangkan menurut istilah agama adalah mempersekutukan Allah SWT.

-Syirik disini adalah mempersekutukan Allah dengan selain-Nya,_ yaitu memuji-muja dan menyembah makhluk-Nya seperti pada batu besar, kayu, matahari, bulan, orang suci, bintang, tokoh, dan lain-lain.
Syirik dikategorikan sebagai dosa paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT dan orang-orang yang melakukan syirik ini tidak akan masuk surga.
Berdasarkan hadits tersebut bahwa Allah akan mengampuni semua dosa-dosa manusia yang telah mereka perbuat apabila mereka berdoa dan meminta ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh, akan tetapi satu dosa yang tidak akan diampuni Allah adalah perbuatan syirik atau mempersekutukan Allah baik secara sadar maupun tidak.
Mempersekutukan Allah disini berarti ia telah mengambil tuhan tandingan untuk Allah.

Hal ini juga telah dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa ayat 48 yang artinya :
” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. “
” Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ”
Seperti yang kita ketahui bahwa Allah itu Esa yaitu satu. Tiada Tuhan selain Allah.
Allahlah yang memiiki langit dan bumi, tiada satupun yang dapat menyamai kekuasaan Allah.

Oleh karena itu apabila seseorang melakukan perbuatan syirik tidak akan diampuni dosanya oleh Allah SWT.
Allah telah memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia bahkan yang tidak dibutuhkan pun Allah telah berikan atau di sediakan untuk kehdupan manusia.
Akan tetapi jika seseorang tersebut menyembah dan berbakti kepada selain Allah maka Allah akan murka dan Allah itu sangat cemburu kepada hambanya.
Dalam Q.S. Al-Ikhlas ayat 1-4 secara ringkas dijelaskan bahwa hanya Allah-lah yang memiliki langit dan bumi.
Allah tidak beranak dan tiada yang menyamai-Nya di dalam kekuasaan-Nya.
Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan cermat dan teliti, sehingga semua makhluk dibekali dengan kemampuan agar dapat menjalankan fungsinya masing-masing.

Akan tetapi orang-orang musyrik masih saja menyembah selain Allah yang terdiri dari berhala-hala, ber­bagai binatang, hewan, bahkan manusia.
Padahal, semua yang disembah ini tidaklah mampu berbuat apapun lantaran semuanya adalah makhluk ciptaan Allah.
Mereka tidak akan mampu menolak datangnya bahaya yang menimpa dirinya, dan tidak akan mampu menghidupkan orang yang telah mati dari kuburnya.

Setiap sesuatu yang tidak memiliki sifat-sifat yang telah dicantumkan tersebut, maka tidaklah berhak untuk disembah.
Firman Allah Subhanahu wata’ala berkaitan dengan tema hadits diatas adalah
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْۤا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۗ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗ اِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَـنَّةَ وَمَأْوٰٮهُ النَّارُ ۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ
” Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam. Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.”
(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 72)

MENCIPTAKAN BAHAGIA DENGAN MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN MELALUI KEBIASAAN GEMAR MEMBERI ATAU BERSEDEKAH
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda
” Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah, kecuali turun kepada mereka dua malaikat …”.
Salah satu di antara keduanya berdoa:
” Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq ”.
Sedangkan yang satu lagi berdo’a,
“ Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)…”
(HR Bukhary 5/270)

Allah Berfirman ….
” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. “
(QS. 2, Al Baqarah : 261)
Sabda Rasulullah,
“ Sesungguhnya seseorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya (untuk dijual) itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak. ”,
(HR.Imam Bukhari No 1470).

Sesungguhnya di antara sahabat Rasulullah shsllallahu ’alaih wa sallam ada yang berkata …
” Ya Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami mengerjakan shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa ….”
” Dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka ….”
Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda
“ Bukankah Allah telah menjadikan bagimu sesuatu untuk bersedekah? … Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah sedekah, tiap-tiap tahmid adalah sedekah, tiap-tiap tahlil adalah sedekah, menyuruh seseorang kepada kebaikan adalah sedekah, melarangnya dari kemungkaran adalah sedekah. ”
(HR Muslim 1674)

Allah ta’ala berfirman,
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
“ Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih (menjaga shalat dan amalan wajib lainnya serta sunnah) bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai…”
(Qs. al-Baqarah: 25)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
” Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. “
” Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya…”
” Dan tidak ada orang yang rendah hati karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya …”
(HR.Muslim : 4689)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ….
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“ Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. ”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).

MOGA BERMANFAAT BUAT KITA SEMUA ….

Wassalamu ‘alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.
Buya Hma Majo Kayo
Buya Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Buya Masoed Abidin Jabbar
Buya MAbidin Jabbar

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 4 Maret 2021 inci Uncategorized

 

SETIAP MANUSIA PUNYA HATI …

DAN HATI ITULAH YANG MEMERINTAH MANUSIA DALAM SEMUA GERAK TINDAKANNYA

INGATLAH BAHWA ADA 20 (DUAPULUH) MACAM SIFAT HATI MANUSIA YANG DISEBUTKAN DALAM ALQURAN AL KARIM
القلبُ السَّلِيْمْ :
وهو مخلص لله وخالٍ من الكفر والنفاق والرذيلة .
{ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ }
﴿الشعراء: ٨٩﴾

  1. Hati yang SALIM yang suci
    “Yaitu hati yang ikhlas dan kosong dari sifat kufur, munafik, dan kotoran. (Assyuara : 89).
    القلبُ المُنِيْبْ :
    وهو دائم الرجوع والتوبة إلى الله مقبل على طاعته .
    { مَّنْ خَشِيَ الرَّحْمَـٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُّنِيبٍ }
    ﴿ق: ٣٣﴾
  2. Hati yang MUNIB yang selalu inabah …
    “Yaitu hati yang selalu kembali dan tazkiyah taubat kepada Allah dengan selalu mengerjakan perintahNya.
    (Qaff : 33).
    القلبُ المُخْبِتْ :
    الخاضع المطمئن الساكن .
    {فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ }
    ﴿الحج: ٥٤﴾
  3. Hati yang MUKHBIT yang tunduk …
    “Yaitu hati yang selalu patuh merendah yang tenang dan lapang Sakinah”.
    (Alhajj : 54).
    القلبُ الوجِلْ :
    وهو الذي يخاف الله عز وجل ألاَّ يقبل منه العمل وألاَّ يُنَجَّى من عذاب ربِّه.
    { وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ }
    ﴿المؤمنون: ٦٠﴾
  4. Hati yang WAJAL yang bergetar …
    “Yaitu hati yang selalu takut kalau tidak mengerjakan perintah dan tidak selamat dari azab”.
    (Almukminun : 60).
    القلبُ التَّقِّيْ :
    وهو الذي يعظِّم شعائِر الله .
    { ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ }
    ﴿الحج: ٣٢
  5. Hati yang TAQIY yang bertakwa …
    “Yaitu hati yang selalu mengagungkan syiar Allah”.
    (Alhajj : 32)
    القلبُ المَهْدِي :
    الرَّاضي بقضاء الله والتَّسليم بأمره .
    { وَمَن يُؤْمِن بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ }
    ﴿التغابن: ١١﴾
  6. Hati yang MAHDIY yang diberi hidayah …
    “Yaitu hati yang selalu ridho dengan takdir Allah dan berserah atas perkara nya.
    (Attaghabun : 11)
    القلبُ المُطْمَئِنْ :
    يسكن بتوحيد الله وذكره
    { وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ }
    ﴿الرعد: ٢٨﴾
  7. Hati yang MUTHMAINNAH yang tenang …
    “Yaitu hati yang selalu mantap dengan ke Esaan allah dan terus berdzikir”.
    (Arra’ad : 28).
    القلبُ الحَيَّ :
    قَلْب يَعْقِل مَا قَدْ سَمِعَ مِنْ الْأَحَادِيث الَّتِي ضَرَبَ اللَّه بِهَا مَنْ عَصَاهُ مِنْ الْأُمَم .
    { إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ }
    ﴿ق: ٣٧
  8. Hati yang HAYYU yang hidup …
    “Yaitu hati yang kasyaf dari seluruh kejadian yang dialami oleh manusia”. (Qaaff : 37).
    القلبُ المَرِيْضْ :
    وهو الذي أصابه مرض مثل الشك أو النفاق وفيه فجور ومرض في الشهوة الحرام .
    { فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ }
    ﴿الأحزاب: ٣٢﴾
  9. Hati yang MARIDH yang sakit ….
    “Yaitu hati yang kena penyakit seperti ragu, munafik, yang didalamnya ada ilham fujur mendorong kepada syahwat haram”.
    (Alahzab : 32)
    القلبُ الأَعْمَى :
    وهو الذي لا يبصر ولا يدرك الحق والإعتبار
    { وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ }
    ﴿الحج: ٤٦﴾
  10. Hati yang A’MAA yang buta …
    “Yaitu hati yang tidak bisa melihat kebenaran dan ibrah dari bashirahnya”.
    (Alhajj : 46)
    القلبُ اللَّاهِي :
    غافل عن القرآن الكريم ، مشغول بأباطيل الدنيا وشهواتها ، لا يعقل ما فيه .
    { لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ }
    ﴿الأنبياء: ٣﴾
  11. Hati yang LAHIY yang lalai …
    “Yaitu hati yg selalu lena dari alquran. Selalu sibuk dgn kebatilan dunia dan syahwatnya.
    (Alambiya : 3).
    القلبُ الآثِمْ :
    وهو الذي يكتم شهادة الحق .
    { وَلاَ تَكْتُمُواْ الشَّهَادَةَ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ }
    ﴿البقرة: ٢٨٣﴾
  12. Hati yang ATSIM yang berdosa …
    “Yaitu hati yang menyembunyikan kesaksian terhadap kebenaran”.
    (Albaqarah : 283)
    القلبُ المُتَكَبِّرْ :
    مستكبر عن توحيد الله وطاعته،جبار بكثرة ظلمه وعدوانه
    { قلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ }
    ﴿غافر: ٣٥﴾
  13. Hati yang MUTAKABBIR yang sombong …
    “Yaitu hati yang tidak mau mentauhidkan Allah dan ketaatanNya. Banyak melakukan kezaliman dan permusuhan.”
    (Ghafir :35).
    القلبُ الغَلِيْظْ :
    وهو الذي نُزعت منه الرأفة والرَّحمة
    { وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ }
    ﴿ آل عمران: ١٥٩﴾
  14. Hati yang GHALIDH yang kasar ….
    “Yaitu hati yang dicabut rasa empati dan kasihan kepada sesama”
    (Ali imran : 159).
    القلبُ المَخْتُومْ :
    فلم يسمع الهدى ولم يعقله .
    { وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ }
    ﴿الجاثية: ٢٣﴾
  15. Hati yang MAKHTUM yang terkunci …
    “Yaitu hati yang mendengar nasehat tapi tidak melaksanakan”.
    (Aljatsiyah : 23)
    القلبُ القَاسِيْ :
    لا يلين للإيمان ولا يؤثِّرُ فيه زجر وأعرض عن ذكر الله .
    {وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً }
    ﴿المائدة: ١٣﴾
  16. Hati yang QAASIY yakni hati yang keras ….
    “Yaitu hati ugal tidak memiliki kelembutan untuk iman dan tidak pernah berbekas ancaman dan berpaling dari zikir kepada Allah”.
    (Almaidah : 13).
    القلبُ الغَافِلْ :
    غافلا عن ذكرنا ، وآثَرَ هواه على طاعة مولاه .
    { وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا }
    ﴿الكهف: ٢٨﴾
  17. Hati yg GHAAFIL yang Lalai ….
    “Yaitu hati yang tidak dzikir memilih Hawanya dari pada taat nya.”
    (Al Kahfi : 28).
    الْقَلْبُ الأَغْلَفْ :
    قلب مُغَطَّى لا يَنْفُذ إليها قول الرَّسُول صلى الله عليه وسلم . { وَقَالُواْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ }
    ﴿البقرة: ٨٨﴾
  18. Hati yang AGHLAF yang terhijab ….
    “Yaitu hati yang tertutup tidak mau menerima nasehat dari Hadits Rasulullah”.
    (Albaqarah : 88).
    القلبُ الزَّائِغْ :
    مائل عن الحقِّ
    { فأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ }
    ﴿آل عمران:7﴾
  19. Hati yang ZAA-IGH yang miring ….
    “Yaitu hati yang selalu condong kepada selain kebenaran”.
    (Ali imran : 7).
    القلبُ المُرِيْبْ:
    شاكٍ متحيِّر .
    { وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ }
    ﴿التوبة:45
  20. Hati yang MURIIB yang selalu ragu …..
    “Yaitu hati yang tidak ada kepastian selalu goyang”.
    (Attaubah : 45).

Moga bermanfaat buat kita semua dalam menjaga hati kita masing masing

Wassalaam
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 1 Maret 2021 inci Uncategorized