RSS

Arsip Bulanan: September 2022

MENYUSAHKAN RAKYAT ADALAH KEZALIMAN

  1. BERTAKWALAH KEPADA ALLAH. Ingatlah pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
    اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
    “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.”
    Jadilah pemimpin yang baik yang selalu menjaga dan memelihara ketaqwaan ya kepada Allah dengan selalu menjaga amanah serta menyayangi rakyatnya.
  2. PEMIMPIN ATAU PENGUASA PADA HAKIKATNYA ADALAH PELAYAN RAKYAT.
    Mula al-Qari di dalam Mirqâtu al-Mafâtîh Syarhu Shahîh al-Bukhârî menyatakan bahwa Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Abu Qatadah dan al-Khathib, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:
    سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ
    “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”. (HR Ibn Majah).
    Mula al-Qari, mengutip ath-Thibiy, menjelas kan maksud riwayat ini:
    “Pemimpin itu harus demikian (yakni layaknya pelayan) karena ia wajib mewujudkan berbagai kemaslahatan mereka dan mengurusi keadaan mereka secara lahir dan batin.”
  3. ISLAM TELAH MENGGARISKAN BAHWA PENGUASA WAJIB MENGURUSI SEGALA URUSAN DAN KEMASLAHATAN RAKYAT. Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas hal itu. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
    “Pemimpin adalah pihak yang berkewajiban memelihara urusan rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus.”. (HR Muslim).
    Tugas pemimpin adalah menunaikan siyâsah (politik), yakni memelihara urusan rakyat. Seperti yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi, bahwa … pemimpin itu bertugas untuk AL-QIYÂMU BI AMRIN BIMÂ HUWA ASHLAHU (melaksanakan suatu urusan dengan sesuatu yang paling baik). … Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela pemimpin atau penguasa yang abai terhadap urusan rakyatnya. Apalagi jika penguasa tersebut sering bertindak zalim terhadap rakyatnya. Beliau bersabda:
    إِنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الْحُطَمَةُ
    “Sungguh seburuk-buruk pemimpin adalah al-Huthamah (yang menzalimi rakyatnya dan tidak menyayangi mereka)”. (HR Muslim).
  4. SUNGGUH, SEMUA KEBIJAKAN YANG MENAMBAH BEBAN RAKYAT ADALAH KEZALIMAN. Para penguasa hendaklah ingat doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
    اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
    ”Ya Allah, siapa saja yang menangani urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa saja yang menangani urusan umatku, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka perlakukanlah dia dengan baik.”. (HR Muslim dan Ahmad).
    Imam an-Nawawi di dalam Al-Adzkâr, membolehkan berdoa atas suatu kezaliman. Artinya, boleh mendoakan keburukan bagi penguasa zalim atas kezalimannya agar Allah subhanahu wa ta’ala menimpakan balasan yang setimpal kepada dirinya.
    Hakikatnya, SEMUA RAGAM KEZALIMAN MERUPAKAN BENTUK PENYIMPANGAN DARI PETUNJUK, PERINGATAN DAN HUKUM-HUKUM ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA. Ingatlah, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan akibat dari semua kedzaliman itu melalui firman-Nya:
    وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا
    “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran) maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit.” (TQS Thaha [20]: 124).
  5. AMANAH YANG HARUS DIJAGA
    إِذَا حَدَّثَ رَجُلٌ رَجُلاً بِحَدِيْثٍ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهُوَ أَمَانَةٌ
    “Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain sambil menoleh ke kiri dan ke kanan karena yang dibicarakan itu rahasia maka itulah amanah yang harus dijaga.”
    (HR. Abu Dawud, 4245).
  6. ORANG YANG AMANAH ADALAH PEWARIS SURGA FIRDAUS
    وَالَّذِينَ لأََمنتهِم وَعَهْدِهِم راَعُون.
    ءولئك هُمُ الوَارِثُون.الَّذِين يَرِثُونَ الفِرْدَوسَ هُم فِيهَا خَالِدُونَ
    “Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah yang dipikulnya dan janjinya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yakni yang akan mewarisi jannah Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Mukminun: 8, 10-11).
  7. Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Shahabat Abu Kabasyah al-Anmari (wafat th. 13 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    … إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ: عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَيَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْـمَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَـمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّـيَّـةِ يَقُوْلُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُـمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَـمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًـا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيْهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيْهِ رَحِـمَهُ وَلَا يَعْلَمُ ِللهِ فِيْهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْـمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَـمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالًا وَلَا عِلْمًـا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِـيْ مَالًا لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُـمَا سَوَاءٌ.
    “…Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang …”
    ✓>(1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung silaturahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di sisi Allah).
    ✓>(2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama.
    ✓>(3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah).
    ✓>(4) Seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, “Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerja kan seperti apa yang dikerjakan si fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa.”
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 25 September 2022 inci Uncategorized

 

LAKUKAN TAWAKKAL BERSERAH DIRI KEPADA QADARULLAH DENGAN BENAR

Dikatakan kepada Hatim Al Ashamm (ulama di abad ke-3 hijriah) rahimahullah,
“ATAS DASAR APA ANDA MENYANDARKAN URUSAN ANDA KEPADA TAWAKKAL?”
Beliau mengatakan,
ﻋﻠﻰ ﺧﺼﺎﻝ ﺃﺭﺑﻌﺔ:
1️⃣ ﻋﻠﻤﺖ ﺃﻥ ﺭﺯﻗﻲ ﻻ ﻳﺄﻛﻠﻪ ﻏﻴﺮﻱ، ﻓﺎﻃﻤﺄﻧﺖ ﺑﻪ ﻧﻔﺴﻲ،
2️⃣ ﻭﻋﻠﻤﺖ ﺃﻥ ﻋﻤﻠﻲ ﻻ ﻳﻌﻤﻠﻪ ﻏﻴﺮﻱ، ﻓﺄﻧﺎ ﻣﺸﻐﻮﻝ ﺑﻪ،
3️⃣ ﻭﻋﻠﻤﺖ ﺃﻥ اﻟﻤﻮﺕ ﻳﺄﺗﻲ ﺑﻐﺘﺔ، ﻓﺄﻧﺎ ﺃﺑﺎﺩﺭﻩ،
4️⃣ ﻭﻋﻠﻤﺖ ﺃﻧﻲ ﻻ ﺃﺧﻠﻮ ﻣﻦ ﻋﻴﻦ اﻟﻠﻪ، ﻓﺄﻧﺎ ﻣﺴﺘﺢ ﻣﻨﻪ.
“DI ATAS EMPAT PERKARA:
1. SAYA TAHU BAHWA REZEKIKU TIDAK AKAN DIMAKAN ORANG LAIN, maka jiwa saya pun tenang.
2. SAYA TAHU BAHWA AMALKU TIDAK AKAN DIAMALKAN OLEH ORANG LAIN, maka saya pun sibuk mengamalkannya.
3. SAYA TAHU BAHWA KEMATIAN DATANG TIBA-TIBA, maka saya pun bersegera sebelum dia datang.
4. SAYA TAHU BAHWA SAYA TIDAK LEPAS DARI PENGAWASAN ALLAH, maka saya pun malu kepada – Nya.
(Disarikan dari Kitab Siyar A’lam An nubala’ 11/485) … MOGA JADI PELAJARAN BAGI KITA SEMUA.
Aamiin

Wassalaam
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Masoed Abidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Buya Masoed Abidin Za Jabbar

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 20 September 2022 inci Uncategorized

 

KEWAJIBAN BERSYUKUR DAN ISTIQAMAH MENJAUHI HUBUUL-MAAL

  1. MEMINTA KEPADA SELAIN ALLAH ATAU MENJADI HAMBA BENDA (HUBBULMAAL) ADALAH WATAK YANG TIDAK PANTAS DIMILIKI OLEH MANUSIA YANG BERAKAL. Keberadaan manusia di alam ini hanya tersebab “rahmat” dan “rahim” dari Allah Azza Jalla. Karena itu manusia dengan kesungguhan hati bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang ada pada diri dan alam keliling kita.
    Penghambaan kepada materi, pasti mendatangkan bencana. Benda dan alam hanyalah rahmat Allah untuk mencapai kemakmuran dan bukanlah tujuan hidup. Amatlah salah bila manusia rela diperbudak materi sehingga jatuh menjadi hubbul maal (budak materi) atau hubbud dun ya (budak dunia). Bermacam bencana akan menimpa manusia di arena “perebutan materi” itu.
    Firman Allah menyatakan; “Dan ingatlah tatkala TuhanMu mempermaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku tambah nikmatku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim : 7).
    Itulah sebabnya bila mampu mensyukuri nikmat yang Allah berikan maka kian hari nikmat itu kian bertambah dan akan membawa ketenangan di hati.
  2. NIKMAT TIDAK HANYA MATERI. Nikmat Allah juga dalam bentuk, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat keberkahan, nikmat kebahagiaan yang kita rasakan bahkan sakit, ujian, cobaan dan penderitaan juga disebut sebagai nikmat.
    Kemampuan untuk bersyukur atas semua nikmat inilah Allah memberikan rasa ridha kepada diri kita.
    Ridha adalah kemampuan menerima apapun yang Allah berikan kepada kita. Dalam kondisi senang dan susah, sedih dan bahagia, tawa dan air mata, amat berarti dalam hidup karena semuanya itu datang dari Allah. Inilah yang disebut dengan keajaiban bersyukur. Dalam keadaan apapun kita merasakan kedamaian hati, kita senantiasa menyadari hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah semata.
    Kenalilah Allah ketika dalam keadaan senang, niscaya Dia mengenalimu ketika dalam keadaan susah.” (HR. Ahmad).
  3. ALAM YANG MENCAKUP BUMI, LANGIT DAN SEISINYA ITU ADALAH ANUGERAH ALLAH YANG DITUNDUKKAN KEPADA MANUSIA UNTUK DIJADIKAN OBJEK SASARAN TUGAS SANG KHALIFAH.
    Sehingga secara bertahap dengan kerja jasmani dan kecerdasan akal manusia, peradaban akan semakin meningkat dan maju dalam menyejahterakan umat manusia.
  4. NASEHAT AHLI HIKMAH … Siapa yang ingin menjadi kaya, hendaknya ia selalu senang dengan apa yang diberikan Allah kepadanya, baik berupa harta benda, maupun yang lain nya … Siapa yang ingin pandai dalam urusan agamanya, maka hendaknya mau menerima kebenaran dari Allah yang disampaikan oleh siapapun datangnya
  5. SIAPA YANG INGIN MENJADI YANG BIJAK, HENDAKNYA DIA MENJADI ORANG BERILMU.
    Siapa yang ingin aman dari gangguan manusia, naka hendaknya dia berusaha tidak membuka aib orang lain.
    Siapa yang ingin dapat kemuliaan didunia dan akhirat, maka hendaknya utamakan urusan akhirat diatas kepentingan duniawi.
    Siapa yang ingin memperoleh surga di dunia dan surga di akhirat, maka hendaknya dia banyak memberi, karena yang banyak memberi itu dekat dengan surga dan jauh dari neraka.
  6. TIDAK AKAN BISA BERKUMPUL ANTARA IMAN DAN BAKHIL (KIKIR) DI HATI SEORANG MUKMIN SELAMANYA. … “Adakah penyakit yang lebih berbahaya daripada bakhil?” – (HR. Bukhari Muslim).
    Siapa yang menjadikan dunia tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan dirinya sibuk dengan dunianya, sedangkan dunia akan menghampirinya sebatas yang telah ditentukan untuknya jua. Tidak lebih.
    Dan siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan memudahkan semua urusannya, menjadikan hatinya kaya, dan dunia akan mendatanginya dengan mudah.
  7. SIAPA YANG MENYANGKA BAHWA IA PUNYA PENOLONG LEBIH KUAT DARI ALLAH, BERARTI IA BELUM MENGENAL ALLAH DENGAN BAIK.
    Siapa yang mengira dirinya punya musuh yang lebih berbahaya dari dorongan nafsunya, berarti ia belum mengenal dirinya dengan baik.
    Maka, Jadilah orang yang paling baik disisi Allah. Jadilah orang yang paling berkekurangan dalam pandangan dirimu. Jadilah manusia biasa di hadapan orang lain. “Sesempurna Iman seorang adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR.Tirmidzi).
  8. AGAR PERADABAN MEMBAWA KEPADA KEMASLAHATAN DAN MENYEJAHTERAKAN UMAT MAKA BIMBINGAN AGAMA MENJADI PENYEMPURNA RAHMAT ALLAH BAGI MANUSIA.
    Maka, kewajiban setiap diri memelihara jasmani dengan menjaga kesehatannya.
    Akal mesti dikembangkan dengan ilmu pengetahuan.
    Agama wajib dilaksanakan dalam realitas kehidupan.
    Perintah Allah dengan Alquran mesti diyakini sebagai pedoman hidup yang paripurna.
    اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ
    حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
    Moga bermanfaat menjadi bimbingan untuk diri kita masing masing.
  9. Padang, September 2022M/Shafar 1444H
    Wassalam BuyaHMA
    Masoed Abidin Jabbar
    Buya Hma Majo Kayo
    Masoed Abidin Za Jabbar
 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 3 September 2022 inci Uncategorized