RSS

Arsip Tag: ADIL.

JANGAN RAGU BICARA POLITIK, KUAT USAHA TERUS BERDOA.

Nabi Muhammad Shallallahu alaiyhi wa Sallam, setelah Membangun TAUHID ummat, Beliau Membangun Pemerintahan dengan Politik.
Begitu juga dalam Peperangan yang ada pada zaman Rasulullah, adalah bagian dari strategi Politik.
Dalam Hukum Islam di kenal dengan nama FIQIH POLITIK atau SYI’ASATUL ISLAMIYAH dijelaskan bahwa Tujuan dari Politik Islam itu ada Dua Tujuan Pokok dari Syi’asatul Islamiyah atau Syi’asatusy Syar’iyah.

Tidak perlu takut bicara Politik untuk kesejahteraan Bangsa dan Negara Indonesia.

1). IQOMATUD DIIN (Menegakkan Agama).
Tujuan Politik Islam adalah Menegakkan Agama, yakni ;
✓- Membela Agama.
✓- Membela Hukum Agama.
✓- Membela Syariat Agama.
✓- Membela Syiar Agama, yakni Meletakkan “AYAT-AYAT SUCI” di Atas Ayat KONSTITUSI.

2). RI’AYATUL UMMAH (Mengayomi dan Melayani Ummat atau Rakyat banyak).
Apa maknanya mengayomi dan Melayani Ummat / Rakyat banyak itu..???

  1. Mementingkan Kepentingan Ummat / Rakyat di atas kepentingan pribadi, Kelompok atau Golongan.
  2. Mensejahtera kan Umat / Rakyat.
  3. Menggunakan Kekayaan Alam semata-mata untuk kesejahteraan Umat / Rakyat.., bukan untuk Kepentingan Pribadi, Kelompok guna memenuhi Ambisi Pribadi dan Kelompoknya.
  4. Memberikan Rasa Aman pada kehidupan Ummat / Rakyat.
    Itulah tujuan Pokok dari Politik Islam.
    Maka, Janganlah ragu para Mubaligh, dan Ulama Garis Lurus, untuk BERBICARA POLITIK.
    Singkirkan segera PROPAGANDA Musuh Agama yang Mengatakan :
    “Ulama (umat Islam) jangan bicara Politik, jangan ikut-ikutan Berpolitik, Politik itu Kotor, dan sebagainya.
    Propaganda itu sebenarnya bertujuan Membungkam Umat Islam dan Rakyat Pribumi agar menjauh dan menjadi BUTA POLITIK.
    Akibatnya : Perpolitikan di Negeri ini akan di Kuasai oleh mereka yang tidak Berpihak pada Rakyat Pribumi dan umat Islam pada umumnya.
  5. Jika orang- orang baik enggan Berpolitik dan tidak ikut Politik.., jangan Salahkan jika nanti Negeri ini di Pimpin oleh orang-orang Jahat.
  6. Jika Umat Islam dan Rakyat Pribumi Enggan dan Tidak Ikut Berpolitik.., jangan menyesal Suatu Saat nanti Negeri ini akan di Pimpin oleh Pemimpin yang Tidak Peduli Membela Islam dan Rakyat Pribumi. Demikian jelas, kenapa Umat Islam dan Rakyat Pribumi harus berpolitik..

DO’A ADALAH IBADAH
Rasûlullàh Shallallàhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
(HR. Abû Daûd, 1479, At-Tirmidzî, 2969).

DO’A ADALAH IBADAH YANG PALING MULIA DI SISI ALLAH
Rasûlullàh Shallallàhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada do’a“.
(Sunan At-Tirmidzî, Bab Du’à 12/263, Sunan Ibnu Màjah, Bab Du’à 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362).

BERDO’A HANYA KEPADA ALLAH SAJA
Allah Subhànahu wa Ta’àlà berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ
Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.
(QS. Ghàfir: 60)

Wassalam BuyaHMA Buya Masoed Abidin bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar

 

Tag: , , , , , ,

MANFAATKAN WAKTU NIKMAT ALLAH DENGAN BAIK DAN SEMPURNA

وَالْعَصْرِإِنَّ الأِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍإِلأ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-’Ashr:1-3)

Gambar
Semua orang tahu, betapa berharganya waktu. Islam menjelaskan bahwa waktu paling berarti dalam kehidupan ini. Meskipun ada sebagian orang yang menilai harga waktu dengan sejumput uang seperti « Time is Money », waktu adalah uang.

Malik bin Nabi dalam bukunya yang berjudul Syuruth An Nahdhah (Syarat-syarat Kebangkitan) menulis ; “Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintas pulau, kota, dan desa, membangkitkan semangat atau menina bobokkan manusia, ia diam seribu hahasa, sampai ada manusia tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu -selain Allah- tidak akan mampu melepaskan diri darinya”

Pada hakikatnya, waktu tidak dapat diukur dengan ukuran serendah itu. Waktu tidak hanya dapat dinilai dengan materi atau uang. Harga sebuah waktu jauh lebih berharga dari nilai mata uang. Waktu adalah sebuah anugerah Allah yang diberikan kepada manusia agar menggunakannya dengan tepat demi kesejahteraannya dan demi kebahagiaannya, Dalam waktu terdapat kewajiban dan tanggungjawab. Waktu sangat terbatas. Jika waktu telah berlalu, ia tak akan bisa diganti atau kembali.

Sayidina Ali bin Ahi Thalib pernah berkata: “Rezki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan perolehannya lebih banyak di hari esok. Tetapi waktu yang berlalu hari ini, tidak mungkin kembali esok.

Waktu adalah kewajiban dan tanggung jawab. Manusia berkewajiban menggunakan kesempatan dan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.

Kesadaran akan tanggung jawab terhadap waktu meliputi semua sisi kehidupan manusia. Waktu adalah faktor menentukan kesejahteraan seseorang ataupun masyarakat. Sayyid Mujtaba Musawi Lari dalam bukunya Meraih Kesempurnaan Spiritual (Ethics and Spiritual Growth) mengutip ucapan Imam Al Sajjad dalam karya Al Hurrani berjudul Tuhaf al ‘Uqul, menuliskan : “Hendaklah engkau – semoga Allah merahmatimu – mengetahui bahwa Sang Pembeni Rezki segala makhluk telah menetapkan kewajiban-kewajiban dan hak-hak tertentu terhadapmu. Jumlahnya banyak dan meliputi seluruh perilakumu, setiap tindakan dan gerakanmu, setiap istirahat dan diammu. Pada akhirnya, setiap anggota badan yang mematuhi kehendakmu (akan ditanya). Hak ini begitu nyata dan jelas, meskipun sebagiannya memiliki kewajiban lebih besar dari yang lain.”

Dalam Islam, setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Tidak seorangpun yang bertanggung jawab atas kewajiban dan tanggung jawab orang lain. Al Qur’an menyatakan : « Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul. Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. »  (Q.S.17. Al-Israa’: 14-15)

Di dalam Al-Quran kita temukan kisah tentang Luqman yang menasehati anaknya tentang kewajiban- kewajiban utama manusia. Di antaranya ada tiga kewajiban manusia yang harus ia penuhi.

1. Kewajiban manusia kepada Allah .« dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. » (QS.Luqman :13)

 2.   Kewajiban anak kepada orang tua. «  dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [artinya, waktu menyapih ialah sampai anak berumur dua tahun]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. »(QS.Luqman :14)

3.   Kewajiban manusia kepada sesamanya. «  .. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan [janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. » (Q.S. Luqman:18 – 19)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh lbnu Hibban bersumber dari Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang berakal selama akalnya belum terkalahkan oleh hawa nafsunya, berkewajiban mengatur waktu-waktunya.

Asy Syahid Hasan Al-Bana dalam kitab “Hadits Tsulatsa”, yang disusun Ahmad Isa ‘Asyur Asy-Syahid berkata, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menggunakan waktu dalam empat hal”.

1. Dalam hal yang dapat menyelamatkan agama, berupa ketaatan kepada Allah. Ini terbagi dua:

  • Hal-hal yang difardhukan oleh Allah dan tertentu waktunya, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan seterusnya.
  • Hal-hal yang dianjurkan oleh Allah berupa amalan-amalan nafilah (sunnah), seperti tilawatil Qur’an, sedekah, zikir, dan membaca shalawat nabi.

2. Dalam hal-hal yang memberikan manfaat berupa mencari rezki yang halal untuk keperluan diri dan keluarga yang menjadi tanggungan kita, yang dilakukan dengan ikhlas, niscaya akan menjadi amal ibadah.

3. Dalam hal yang mendatangkan manfaat kepada orang lain, bagian dari bentuk pendekatan (qurbah/taqarrub) diri yang paling agung.

4. Dalam hal yang dapat memberi ganti atas sesuatu yang telah hilang, yaitu waktu istirahat. Tentukanlah waktu khusus untuk memperbaharui kegiatan dan menyegarkan kembali semangat, dengan istirahat, olah raga, tadabbur alam, dengan cara-cara yang bermanfaat positif, serta ibadah.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh lbnu Hibban bersumber dari Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang berakal selama akalnya belum terkalahkan oleh hawa nafsunya, berkewajiban mengatur waktu-waktunya.

(1). Ada waktu yang digunakan untuk bermunajat dengan Tuhannya.

(2). Ada waktu yang digunakan untuk melakukan introspeksi (menghitung diri).

(3). Ada waktu yang digunakan untuk memikirkan ciptaan Allah (belajar).

(4). Ada waktu yang digunakan khusus untuk diri (dan keluarga) guna memenuhi keperluan makan dan minum.”

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ المُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.

اللَّهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتيِ فِيْهَا مَعَاشِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا آخِرَتِنَا الَّتيِ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَ اجْعَلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فيِ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ سَرٍ،

 اللَّهُمَّ اجْعَلْ يَوْمَنَا خَيْرًا ِمنْ أَمْسِنَا، وَ اجْعَلْ غَدَنَا خَيْرًا ِمْن يَوْمِنَا، وَ احْسِنْ عَاقِبَتَنَا فيِ الأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ الآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا،

 رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Wassalam BuyaHMA Buya Masoed Abidin bin Zainal Abidin bin Abdul Jabbar

 

Tag: , , , , , ,