RSS

Arsip Tag: MEMUNGSIKAN MASJID

PERINGATI MAULID RASULULLAH DAN FUNGSI KAN MASJID JADI PUSAT PERADABAN PERIBADATAN, MERAIH RIDHA ALLAH.

MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN … Karena Masjid itu Perwujudan Rahmatan Lil ‘Alamiin.

Memang begitu luas fungsi masjid terutama untuk orang yang beriman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman ….. :  بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ    اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ فَعَسٰۤى اُولٰٓئِكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah- mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. At-Taubah 9:18)
Salah satu tujuan takmir masjid selain mengurus aktivitas masjid, adalah mengurus jamaah masjid. Maka, buatlah program agar jamaah meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dengan demikian, maka kemakmuran masjid akan tercipta, tidak hanya dari segi fisik, namun dari kwalitas dan kwantitas dari para jamaahnya.

  1. Rasulullah bersabda: “Dijadikan Bagiku semua bumi ini sebagai Masjid dan suci”. ( Al Hadits).
  2. Bagi agama kita, secara hukum asal mulanya, semua tempat dimuka bumi adalah suci, kecuali jika memang nampak ada najis yang kasat mata disuatu tempat itu.
  3. Oleh karenanya, kita boleh melaksana kan Shalat dimana pun juga sepanjang tidak ada najis, baik digunung, dilapangan, maupun didalam gedung … Jadi kalau ada tulisan di pelatar an Masjid, itu sebenar nya adalah batas alas kaki, bukan batas suci.
  4. Dalam Islam, Masjid mempunyai kedudukan khusus dibandingkan tempat atau bangunan lain dimuka bumi … Walau pun semua tempat dimuka bumi adalah suci, namun Masjid mempunyai kekhususan, yaitu tempat shalat, sehingga Masjid sebenarnya adalah tempat yang sakral.
  5. Beberapa kesakralan Masjid adalah :
    √. Tidak boleh ada orang junub yang duduk dimasjid.
    √. Tidak boleh melakukan jual beli di dalam ruangan masjid.
    √. Tidak boleh digusur tanpa dasar yang kuat.
  6. Maka berbahagia lah mereka yang membangun dan memakmurkan Masjid, sebagaimana Hadits Rasulullah bersabda : Barang siapa yang membangun Masjid, maka akan dibangun kan baginya rumah / istana di surga. (HR. Imam Buchari).
  7. Hadits diatas ini berlaku umum, baik Masjid maupun Mushalla, karena secara esensi, kedua nya adalah tempat Shalat.
  8. Sejak zaman Rasulullah, Masjid sudah menjadi pusat peradaban, bukan hanya tempat Shalat saja. Fungsi masjid pada masa Rasulullah adalah pertama sebagai Tempat Shalat, ini adalah fungsi yang paling utama. Karena, Ingat lah bahwa shalat di Masjid mendapatkan pahala yang berlipat ganda dibandingkan Shalat dirumah atau ditempat lain karena :
    √ – Mengandung nilai ukhuwah.
    √ – Mempererat persatuan umat.
  9. Fungsi Masjid juga sebagai pusat informasi tentang Shalat, agar waktu Shalat benar2 terjaga tepat waktu, dengan adzan di awal waktu masuk. Dengan demikian maka waktu Shalat para jamaah tidak akan mundur (walaupun tetap ada toleransi sesuai syariat), namun juga tidak boleh maju mendahului batas waktu yang telah ditentukan.
  10. Masjid sebagai ‘rumah ilmu’ dimana Masjid dijadikan pusat untuk mendapatkan ilmu yang benar, baik mengenai tauhid, aqidah, syariat, atau pun muamalah.
    √ – Penyampaian ilmu dapat berupa khutbah jumat, Halaqah, maupun pengajian (wiridan) .
    √ – Walaupun kita sudah mempunyai sekolah atau tempat pendidikan lain, fungsi masjid sebagai pusat ilmu tidak boleh kita tinggalkan. Oleh karenanya, jadikanlah masjid sebagai tempat yang bersahabat bagi semua kalangan dan usia, baik orang tua maupun anak2.
    √ – Jadikanlah masjid kita ramah terhadap anak2, agar mereka merasa nyaman berada di masjid dan hatinya terikat dengan masjid. Dengan demikian, maka di zaman dahulu, setiap masjid selalu menghasilkan ulama.
  11. Selain itu, Masjid juga sebagai pusat dakwah dan pengembangan Islam. Dalam konteks ini, Masjid adalah tempat mencetak kader, ulama, dai, dan pemimpin. Dimasa kita, paling tidak, jadikanlah masjid kita sebagai sarana pencetak kader dai, yang santun, sopan, pandai bergaul dengan umat, teguh dengan prinsip tauhid, rajin ibadah dan mulia akhlaknya.
    √ – Perhatikanlah ilmu tentang dakwah, sehingga jamaah akan menjadi jamaah aktif, yang tidak hanya shaleh secara individu tetapi juga mampu memperbaiki orang lain dengan kesjalehan sosialnya.
    √ – Marilah kita membuat perubahan besar dari aktivitas masjid. Mulailah dari hal yang paling mudah, seperti menyampaikan kebaikan kepada teman atau orang dekat. Dan jika kita mampu, lakukanlah gerakan dakwah yang lebih luas.
  12. Sesungguhnya, Masjid Sebagai pusat persatuan umat dan pusat penyelesaian masalah umat. Masalah yang dimaksud adalah masalah umat secara umum (pergaulan, kepedulian sesama) atau bisa masalah individu.
    √ – Pada masa Rasulullah, setelah shalat, Rasulullah biasa memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi jamaah dengan cara duduk berhadapan.
    √ – Dengan berhadap an, maka Beliau akan tahu secara faktual apa yang dialami seseorang, karena dapat dilihat dari expresi wajahnya atau gerak tubuhnya.
    √ – Jadi Imam bukan segera meninggalkan jamaah … Mari belajar ke cara Rasulullah.
    √ – Masalah yang dibahas di Masjid juga termasuk apabila terdapat masalah pelik dalam masyarakat. Karena efek dari fungsi ini, maka dalam sejarah Islam tidak ada masjid yang disekelilingnya terdapat pusat kemungkaran.
  13. Salah satu tujuan takmir masjid selain mengurus aktivitas masjid, adalah mengurus jamaah masjid. Maka, buatlah program agar jamaah meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dengan demikian, maka kemakmuran masjid akan tercipta, tidak hanya dari segi fisik, namun dari kwalitas dan kwantitas dari para jamaahnya.
  14. Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, Mari kita kembali ke masjid, dan jadikanlah Masjid sebagai pusat peradaban.
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
    الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين.
DILARANG MENDAHULUI IMAM KETIKA SHALAT.
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ – أَوْ:
لاَ يَخْشَى أَحَدُكُمْ – إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الإِمَامِ، أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ، أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ
Tidakkah salah seorang dari kalian takut, atau apakah salah seorang dari kalian tidak takut, jika dia mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai, atau Allah akan menjadi kanrupanya seperti bentuk keledai?” (HR. Bukhari no. 691 dan Muslim no. 427)

Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits ini.

  1. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ – أَوْ:
    لاَ يَخْشَى أَحَدُكُمْ – إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الإِمَامِ، أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ، أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ
    Tidakkah salah seorang dari kalian takut, atau apakah salah seorang dari kalian tidak takut, jika dia mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai, atau Allah akan menjadikan rupanya seperti bentuk keledai?” (HR. Bukhari no. 691 dan Muslim no. 427)
  2. Hukuman ini karena dia telah berbuat jelek (melaku kan pelanggaran) dalam shalat, yaitu mendahului imam dengan sengaja. Seandainya dia shalat dalam rangka mengharap pahala, namun tidak takut dengan hukuman ini, maka Allah Ta’ala akan mengubah kepalanya seperti kepala keledai.
  3. Dari sahabat Al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، لَمْ يَحْنِ أَحَدٌ مِنَّا ظَهْرَهُ، حَتَّى يَقَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاجِدًا، ثُمَّ نَقَعُ سُجُودًا بَعْدَه
    Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH”, tidak ada seorang pun dari kami yang membungkuk kan punggungnya sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar (meletakkan kepala nya) bersimpuh dalam sujud, barulah setelah itu kami bersujud.” (HR. Bukhari no. 690 dan Muslim no. 474).
    Dulu, sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menunggu di belakang Nabi yang bertindak sebagai imam, dalam kondisi mereka tetap berdiri (i’tidal). Sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membungkuk kan badan dan bertakbir, kemudian meletakkan dahinya di lantai (sudah benar- benar dalam posisi sujud), barulah mereka mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk turun sujud.
  4. Terdapat riwayat dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
    لا وحدك صليت، ولا بإمامك اقتديت
    Engkau tidak shalat sendirian, dan tidak pula menjadikan seseorang sebagai imam yang diikuti.”
    Orang yang dinilai tidak shalat sendirian dan juga tidak shalat berjamaah, berarti shalatnya tidak sah.
    Juga terdapat riwayat dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau melihat seseorang yang mendahului imam dengan sengaja, kemudian berkata kepadanya,
    لا صليت وحدك، ولا صليت مع الإمام، ثم ضربه، وأمره أن يعيد الصلاة
    Engkau tidak shalat sendirian, tidak pula shalat bersama imam. Kemudian Ibnu ‘Umar memukulnya dan memerintahkannya untuk mengulang shalat.” Seandainya shalat orang itu sah, tentu sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu tidak memerintah kannya untuk mengulang shalat. Dari Hiththan bin ‘Abdullah bin Ar-Raqasyi dia berkata, “Saya shalat bersama Abu Musa Al-Asy’ari dengan sebuah shalat. Pada waktu duduk (tahiyat), seorang laki-laki dari kaum tersebut berkata, “Shalat diidentikkan dengan kebaikan dan mengeluarkan zakat.”
    Ketika Abu Musa selesai melaksanakan shalat dan salam, dia berpaling seraya berkata, “Siapakah di antara kalian yang mengucapkan kalimat demikian dan demikian?” Perawi berkata, “Lalu mereka diam kemudian dia bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang mengucap kan kalimat demikian dan demikian?” Mereka pun tetap diam. Lalu dia bertanya lagi, “Boleh jadi kamu wahai Hiththan, yang telah mengucapkannya?”
    Hiththan menjawab, “Aku tidak mengata kannya. Dan aku khawatir kamu menghardikku dengannya.” Lalu seorang laki-laki dari kaum tersebut berkata, “Akulah yang mengatakannya dan tidaklah aku bermaksud mengata kannya melainkan suatu kebaikan.”
    Lalu Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Tidakkah kalian mengetahui bagaimana kalian (seharusnya) mengucapkan (zikir) dalam shalat kalian?
  5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi khutbah kepada kita, lalu menjelaskan kepada kita sunnah- sunnahnya, dan mengajar kan kepada kita tentang shalat kita. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِذَا صَلَّيْتُمْ فَأَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ ثُمَّ لْيَؤُمَّكُمْ أَحَدُكُمْ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَإِذْ قَالَ {غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 7] ، فَقُولُوا: آمِينَ، يُجِبْكُمُ اللهُ فَإِذَا كَبَّرَ وَرَكَعَ فَكَبِّرُوا وَارْكَعُوا، فَإِنَّ الْإِمَامَ يَرْكَعُ قَبْلَكُمْ، وَيَرْفَعُ قَبْلَكُمْ
    Apabila kalian shalat, luruskanlah shaf-shaf kalian, kemudian hendaklah salah seorang dari kalian mengimami kalian. Apabila dia bertakbir, maka bertakbirlah kalian. Dan apabila dia mengucapkan, “Ghairil maghdhubi ‘alaihim wala adh-dhallin (Bukan jalan orang yang dimurkai dan tidak pula jalan orang yang sesat)”, maka katakanlah, “Amin.” Niscaya Allah mencintai kalian. Apabila dia bertakbir dan rukuk, maka bertakbir dan rukuklah kalian, karena imam harus rukuk sebelum kalian dan mengangkat (kepala) dari rukuk sebelum kalian.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    فَتِلْكَ بِتِلْكَ وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَقُولُوا: اللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ يَسْمَعُ اللهُ لَكُمْ، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، قَالَ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَإِذَا كَبَّرَ وَسَجَدَ فَكَبِّرُوا وَاسْجُدُوا فَإِنَّ الْإِمَامَ يَسْجُدُ قَبْلَكُمْ وَيَرْفَعُ قَبْلَكُمْ
    Lalu gerakan demikian diikuti dengan gerakan demikian. Apabila dia berkata, “Sami’allahu liman hamidah (Semoga Allah mendengar kepada orang yang memujinya)”, maka katakanlah, ‘Allahumma Rabbana laka al-hamdu’ (Ya Allah, Rabb kami, segala puji untuk-Mu), niscaya Allah akan mendengar kan kalian. Karena Allah berkata melalui lisan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sami’allahu liman hamidah.” Dan apabila imam bertakbir dan sujud, maka bertakbir dan sujudlah kalian, karena imam sujud sebelum kalian, dan bangkit sebelum kalian.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi,
    فَتِلْكَ بِتِلْكَ، وَإِذَا كَانَ عِنْدَ الْقَعْدَةِ فَلْيَكُنْ مِنْ أَوَّلِ قَوْلِ أَحَدِكُمْ: التَّحِيَّاتُ الطَّيِّبَاتُ الصَّلَوَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
    Lalu gerakan tersebut diikuti dengan gerakan tersebut. Dan apabila sedang duduk tahiyat, maka hendak lah doa pertama kalian adalah, “At-tahiyyatut-thayyibaatus-shalawaatu lillahi … (sampai akhir doa tasyahhud).” (HR. Muslim no. 404)
  6. Banyak orang awam salah dan keliru dalam memahami hadits ini. Sesaat ketika imam mulai bertakbir, mereka pun langsung ikut takbir, dan ini adalah suatu kesalahan. Tidak sepatut nya makmum bertakbir, sampai dia menunggu imam betul-betul selesai bertakbir dan diam. Inilah yang dimaksud dengan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
    فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا
    Apabila dia (imam) bertakbir, maka bertakbirlah kalian.”
    Imam itu tidak dikatakan bertakbir sampai mengatakan, “Allahu akbar.” Seandainya imam baru mengatakan, “Allah”, kemudian diam, itu belum dikatakan bertakbir, sampai imam mengatakan, “Allahu akbar.” Makmum baru bertakbir setelah imam mengatakan, “Allahu akbar.”
    Ketika mereka takbir berbarengan dengan imam, mereka pun salah dan meninggal kan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandanya Engkau mengatakan,
    إذا صلى فلان فكلمه
    Jika fulan (selesai) shalat, bicaralah dengannya.”Maksud nya, Engkau harus menunggu nya ketika shalat, dan jika dia selesai shalat, Engkau baru bisa bicara dengannya. Bukanlah maknanya, “Engkau berbicara dengannya ketika dia sedang shalat.” Demikian pula makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
    فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا
    Apabila dia (imam) bertakbir, maka bertakbirlah kalian.”
  7. Terkadang, imam bertakbir agak lama karena ketidaktahuan nya. Sedangkan makmum di belakang nya bertakbir secara singkat, sehingga dia (makmum) sudah selesai takbir, sebelum imam selesai takbir. Siapa saja yang bertakbir sebelum imam takbir, shalatnya tidak sah. Karena dia memulai shalat sebelum imam memulai shalat, dan bertakbir sebelum imam. Maka tidak sah shalatnya. Ketahuilah bahwa mayoritas manusia pada hari ini, tidak sah salatnya karena mereka mendahului imam dengan sengaja, baik ketika rukuk dan sujud, baik ketika mengangkat ataupun membungkuk kan badan. Seandainya aku shalat di seratus masjid, aku tidak melihat satu pun orang yang shalat di masjid itu mendirikan shalat sebagaimana contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, semoga Allah Ta’ala merahmati mereka semuanya. Maka bertakwa lah kepada Allah Ta’ala, dan lihatlah shalat kalian dan shalat orang- orang yang shalat bersama kalian.
    Wallahu A’lam.
  8. Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur’an. Allah azza wa jalla berfirman,
    وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِين
    Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”. (QS. Al-Baqarah – 43).
  9. Allah juga berfirman,
    وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ أَسْلِحَتَهُم
    Dan apabila kamu berada di tengah- tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendiri kan shalat bersama- sama mereka, maka hendaklah segolong an dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata” (QS. An-Nisa : 102).
  10. Demikian, Semoga Bermanfaat. Aamiin. Aqulu qauli hadza, wa astaghfirullaha al Adzim li wa lakum.
    ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
    Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik … “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melain kan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada- Mu”.
  11. Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    ﺑَﻠِّﻐُﻮﺍ ﻋَﻨِّﻰ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً
    Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”.(HR.Bukhari).
    Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    ﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻫُﺪًﻯ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﺟْﺮِ ﻣِﺜْﻞُ ﺃُﺟُﻮْﺭِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮْﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻭَﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ، ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺈِﺛْﻢِ ﻣِﺜْﻞُ ﺁﺛَﺎﻡِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺁﺛَﺎﻣِﻬِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ
    Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa- dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.(HR.Muslim).
  12. Dakwah di jalan Allâh Azza wa Jalla merupakan amal yang sangat mulia, ketaatan yang besar dan ibadah yang tinggi kedudukannya di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
    Allâh Azza wa Jalla berfirman:
    ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِۚ ﻭَﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
    Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS.Ali-Imran [3] :104).
  13. PAHALA JARIYAH MENANTI KITA … TERUTAMA RAMUAN KHUSUS BUAT KAUM LELAKI.
  14. ✓. Sudah tahukah KAUM LELAKI bahwa Rasulullah tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah, sejak shalat diwajib kan malam Isra’ Mi’raj hingga shalat terakhir dalam hidup beliau ?
  15. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa banyak di antara para ulama yang seumur hidup nya tidak pernah shalat fardhu sendiri an dan selalu berjamaah sampai akhir hayat mereka ?
  16. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa diantara mereka ada yang rela walaupun harus membayar orang demi menemani shalat berjamaah ?
  17. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa ada sebagian ulama yang pernah menangis selama 40 hari karena merasa rugi yang amat mendalam sebab tertinggal 1 (satu) shalat fardhu berjamaah saja ?
  18. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa bila anda shalat berjamaah maka shalat anda dapat dipastikan diterima oleh اَللّهُ ?
  19. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa khusus utk shalat isya’ dan subuh berjamaah berpahala seperti shalat setengah malam dan semalam suntuk ?
  20. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa orang yang shalat subuh berjamaah, maka di hari itu kehidupannya dibawah perlindungan اَللّهُ !! Artinya, bila ada orang yang mengusiknya maka dia berurusan langsung dengan اَللّهُ ?
  21. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa karena begitu beratnya hukum shalat berjamaah sehingga dalam Madzhab Hanafi difatwa-kan bahwa hukum shalat berjamaah adalah wajib ?
  22. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa dalam madzhab asy-Syafi’i shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah sehingga bila dalam sebuah perkampungan penduduknya tidak ada yang shalat berjamaah, maka sekampung itu berdosa semua karena meninggalkan berjamaah, jadl berdosa – nya bukan karena meninggalkan shalat..?
  23. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa syaitan akan berleluasa berkuasa di sebuah perkampungan, bila penghuninya tidak ada yang shalat berjamaah?.
  24. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa dalam suatu hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaiyhi Wa sallam sempat mengancam bahkan Rasulullah mengancam kepada orang yang meninggal kan shalat berjamaah hingga berkeinginan membakar rumah mereka!
  25. ✓. Tahukah KAUM LELAKI bahwa sahabat Ibnu Mas’ud RA, pernah mengata kan “kami saksikan saat Nabi Muhammad SAW masih hidup tidak seorangpun, ada yang meninggalkan shalat berjamaah kecuali hanya orang-2 munafik tulen!
  26. Semoga jadi renungan dan segera dapat dilaksanakan.

Catatan : Dinukil dari berbagai Sumber Yang In Syaa Allah amanah, dengan sedikit perubahan (terjemah bebas) sesuai dengan Pemahaman Shalafus Shalih (Alhus Sunnah Wal Jamaah) oleh : Hamba Allaah.
Semoga bermanfaat bagi Ummat…
Selamat beraktifitas…
Baarakallahufiikum…

Wa Billahit-Taufieq wal Hidayah
Wassalaamu ‘alaiykum.
Buya MAbidin Jabbar
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Masoed Abidin Jabbar
Buya Hma Majo Kayo
Masoed Abidin Za Jabbar
 

Tag: , , , , , , , ,